Mak Musi, seorang ibu berusia 67 tahun, menyimpan harapan besar untuk memiliki rumah yang layak sebagai tempat berlindung bersama anaknya. Saat ini, ia tinggal di rumah bambu peninggalan almarhum suaminya di Dusun Kebontengah, Pasuruan.
Rumah kecil berukuran 3,5 x 6 meter itu sudah lapuk dimakan usia. Ketika hujan dan angin besar datang, atap bocor dan dinding yang rapuh membuatnya harus mengungsi ke rumah tetangga karena takut roboh.
Meski sudah disurvei pihak desa sejak empat tahun lalu, bantuan tak kunjung datang. Program bedah rumah dikatakan telah dihentikan.
“Kami hanya ingin punya rumah yang layak, semoga ada yang bisa bantu mewujudkan itu,” ucap Bu Musi, penuh harap.
Mak Musi, harus menanggung beban hidup seorang diri. Anak pertamanya mengalami keterbelakangan mental dan sepenuhnya bergantung padanya, sementara anak keduanya merantau jauh dan tak mampu berbuat banyak.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Mak Musi berjualan sayur keliling. Setiap pagi, ia berjalan kaki hingga puluhan kilometer membawa sayuran segar dari desa ke desa di lereng Gunung Bromo menawarkan dagangannya.
Sahabat Peduli, di tengah keterbatasan dan usia yang semakin senja, Mak Musi hanya memiliki satu harapan sederhana, bisa tinggal di rumah yang layak dan aman. Jadilah bagian dari kebaikan yang akan selalu Mak Musi kenang dalam setiap sujud dan doanya.
Semoga kebaikan sahabat semua, Allah balas dengan yang lebih baik, amiin..
Mak Musi, seorang ibu berusia 67 tahun, menyimpan harapan besar untuk memiliki rumah yang layak sebagai tempat berlindung bersama anaknya. Saat ini, ia tinggal di rumah bambu peninggalan almarhum suaminya di Dusun Kebontengah, Pasuruan.
Rumah kecil berukuran 3,5 x 6 meter itu sudah lapuk dimakan usia. Ketika hujan dan angin besar datang, atap bocor dan dinding yang rapuh membuatnya harus mengungsi ke rumah tetangga karena takut roboh.
Meski sudah disurvei pihak desa sejak empat tahun lalu, bantuan tak kunjung datang. Program bedah rumah dikatakan telah dihentikan.
“Kami hanya ingin punya rumah yang layak, semoga ada yang bisa bantu mewujudkan itu,” ucap Bu Musi, penuh harap.
Mak Musi, harus menanggung beban hidup seorang diri. Anak pertamanya mengalami keterbelakangan mental dan sepenuhnya bergantung padanya, sementara anak keduanya merantau jauh dan tak mampu berbuat banyak.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Mak Musi berjualan sayur keliling. Setiap pagi, ia berjalan kaki hingga puluhan kilometer membawa sayuran segar dari desa ke desa di lereng Gunung Bromo menawarkan dagangannya.
Sahabat Peduli, di tengah keterbatasan dan usia yang semakin senja, Mak Musi hanya memiliki satu harapan sederhana, bisa tinggal di rumah yang layak dan aman. Jadilah bagian dari kebaikan yang akan selalu Mak Musi kenang dalam setiap sujud dan doanya.
Semoga kebaikan sahabat semua, Allah balas dengan yang lebih baik, amiin..
Bagikan tautan ke media sosial