Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Perkenankan saya menyampaikan sedikit cerita dari sudut kehidupan kami, bukan untuk mengeluh, bukan pula untuk menuntut belas kasihan, tetapi sebagai seorang ayah yang sedang berusaha sekuat tenaga agar anak-anaknya tetap bisa bersekolah dan meraih masa depan yang lebih baik.
Saya adalah ayah dari tiga orang anak yang sedang bersekolah di sekolah swasta, bukan karena kami ingin memilih yang lebih mahal, tapi karena mereka tidak diterima di sekolah negeri. Kami yakin pendidikan adalah jalan untuk mengubah nasib, sehingga apa pun yang terjadi, kami berusaha agar mereka tetap sekolah.
Namun, kondisi kami saat ini sedang sangat berat.
Anak pertama, kelas XI di SMA Yadhika 11 Jatirangga, memiliki tunggakan uang pangkal, SPP, dan iuran lainnya. Pihak sekolah meminta kami membuat surat pernyataan pelunasan dengan batas waktu 19–20 November 2025. Jika tidak mampu melunasi, kami harus rela anak kami dikeluarkan. Ini adalah hal paling berat untuk saya sebagai orang tua.
Anak kedua, kelas X di SMAI Al-Abrar, syukurlah masih bisa kami upayakan sedikit demi sedikit. Namun raport dan ijazah kelulusan dari SMP sebelumnya belum bisa kami ambil karena masih ada tunggakan.
Anak ketiga, kelas VIII di SMP Yadhika 11 Jatirangga, juga menunggak uang pangkal dan SPP beberapa bulan. Kami membayar semampunya, dengan harapan pintu rezeki kami terbuka sedikit demi sedikit.
Saya bekerja di perusahaan swasta dengan gaji 3 juta rupiah per bulan. Kami masih menanggung cicilan rumah KPR BTN sebesar 1.250.000/bulan (sudah diturunkan dari cicilan sebelumnya 3.280.000). Istri saya membantu sebagai pengasuh balita tetangga dengan upah 600.000 rupiah per bulan.
Anak pertama kami yang sudah beranjak dewasa bekerja di Tiket.com bandara Halim Perdanakusuma, namun tanpa gaji tetap, hanya sistem poin. Kadang dapat uang, kadang tidak sama sekali, bahkan seringkali justru minta uang bensin untuk berangkat bekerja.
Kami berusaha. Kami tidak tinggal diam. Kami bekerja apa adanya, menahan, menunda, mengencangkan ikat pinggang, namun tetap ada saat-saat di mana tangan ini tak mampu lagi menahan beratnya keadaan.
Untuk itu, dengan penuh rasa rendah hati, saya mengetuk pintu kebaikan dari hati para dermawan.
Berapapun bantuan yang diberikan, sekecil apapun, akan sangat berarti bagi keberlanjutan pendidikan anak-anak kami.
Semoga Allah membalas setiap kebaikan dengan:
• Rezeki yang berkah dan berlipat ganda
• Kesehatan yang selalu terjaga
• Umur yang panjang penuh manfaat
• Dan kemudahan dalam setiap urusan dunia dan akhirat
Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Perkenankan saya menyampaikan sedikit cerita dari sudut kehidupan kami, bukan untuk mengeluh, bukan pula untuk menuntut belas kasihan, tetapi sebagai seorang ayah yang sedang berusaha sekuat tenaga agar anak-anaknya tetap bisa bersekolah dan meraih masa depan yang lebih baik.
Saya adalah ayah dari tiga orang anak yang sedang bersekolah di sekolah swasta, bukan karena kami ingin memilih yang lebih mahal, tapi karena mereka tidak diterima di sekolah negeri. Kami yakin pendidikan adalah jalan untuk mengubah nasib, sehingga apa pun yang terjadi, kami berusaha agar mereka tetap sekolah.
Namun, kondisi kami saat ini sedang sangat berat.
Anak pertama, kelas XI di SMA Yadhika 11 Jatirangga, memiliki tunggakan uang pangkal, SPP, dan iuran lainnya. Pihak sekolah meminta kami membuat surat pernyataan pelunasan dengan batas waktu 19–20 November 2025. Jika tidak mampu melunasi, kami harus rela anak kami dikeluarkan. Ini adalah hal paling berat untuk saya sebagai orang tua.
Anak kedua, kelas X di SMAI Al-Abrar, syukurlah masih bisa kami upayakan sedikit demi sedikit. Namun raport dan ijazah kelulusan dari SMP sebelumnya belum bisa kami ambil karena masih ada tunggakan.
Anak ketiga, kelas VIII di SMP Yadhika 11 Jatirangga, juga menunggak uang pangkal dan SPP beberapa bulan. Kami membayar semampunya, dengan harapan pintu rezeki kami terbuka sedikit demi sedikit.
Saya bekerja di perusahaan swasta dengan gaji 3 juta rupiah per bulan. Kami masih menanggung cicilan rumah KPR BTN sebesar 1.250.000/bulan (sudah diturunkan dari cicilan sebelumnya 3.280.000). Istri saya membantu sebagai pengasuh balita tetangga dengan upah 600.000 rupiah per bulan.
Anak pertama kami yang sudah beranjak dewasa bekerja di Tiket.com bandara Halim Perdanakusuma, namun tanpa gaji tetap, hanya sistem poin. Kadang dapat uang, kadang tidak sama sekali, bahkan seringkali justru minta uang bensin untuk berangkat bekerja.
Kami berusaha. Kami tidak tinggal diam. Kami bekerja apa adanya, menahan, menunda, mengencangkan ikat pinggang, namun tetap ada saat-saat di mana tangan ini tak mampu lagi menahan beratnya keadaan.
Untuk itu, dengan penuh rasa rendah hati, saya mengetuk pintu kebaikan dari hati para dermawan.
Berapapun bantuan yang diberikan, sekecil apapun, akan sangat berarti bagi keberlanjutan pendidikan anak-anak kami.
Semoga Allah membalas setiap kebaikan dengan:
• Rezeki yang berkah dan berlipat ganda
• Kesehatan yang selalu terjaga
• Umur yang panjang penuh manfaat
• Dan kemudahan dalam setiap urusan dunia dan akhirat
Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bagikan tautan ke media sosial