Sebagai manusia tentu kita dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin. Mencoba merubah nasib dengan cara terbaik. Layaknya seorang pejuang yang terus berusaha mati-matian menghidupi keluarganya, Itulah yang dilakukan pak basiri, seorang suami sekaligus seorang ayah, yang tinggal di Desa Pelat, Sumbawa.
Dalam memenuhi kebutuhan keluarga, setiap hari ia bekerja sebagai buruh tani bersama sang istri. Dalam sehari mereka hanya mendapatkan upah sebesar 30rb untuk pekerjaan suami istri. Penghasilan itupun, kerap tak kunjung mencukupi kebutuhan mereka sekeluarga. Harus berjuang lebih untuk mendapatkan penghasilan diluar upah yang didapat.
Peliknya kehidupan tak cukup sampai disitu, anak pak basiri radinda, yang kini duduk di bangku kelas 8 SMP, terancam putus sekolah, karena tak mampu membayar uang SPP, yang kerap ditagih setiap harinya.
Kini, ia harus berjuang membantu mencukupi kebutuhan dan ekonomi keluarga di kebun. Banting tulang menumbuk bahan yang akan diolah menjadi makanan.
Sangat memprihatinkan dan miris, rumah yang terbuat dari bilah bambu telas lapuk, yang kini mereka tempati pun, sudah reot dan terancam roboh. Lantai dan dinding yang berlubang sana sini, ketika angin besar dan hujan melanda mereka hanya bisa pasrah, sembari berdoa agar rumahnya tak rubuh diterpa angin dan badai hujan. Terlebih ia harus berbagi ruang dengan hewan peliharaan yang mereka rawat dan menjadi penyelamat dikala lapar.
Mati-matian Pak Basiri berjuang menafkahi keluarga, sayangnya puluhan tahun bekerja sebagai buruh tani belum mampu mengubah kondisi kehidupannya.
#Temanbaik, pak basiri dan istri sudah berjuang mati-matian, namun butuh #Temanpeduli untuk membantu agar keluarganya bisa hidup layak dan sang anak tak putus sekolah.
Bantu mereka dengan cara:
Klik "DONASI SEKARANG" Masukkan nominal donasi. Lanjut pilih metode dan lakukan transfer. Kemudian, dapatkan laporan via email atau aplikasi ayobantu.
Terimakasih #Temanpeduli
dari target Rp 8.600.000
Sebagai manusia tentu kita dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin. Mencoba merubah nasib dengan cara terbaik. Layaknya seorang pejuang yang terus berusaha mati-matian menghidupi keluarganya, Itulah yang dilakukan pak basiri, seorang suami sekaligus seorang ayah, yang tinggal di Desa Pelat, Sumbawa.
Dalam memenuhi kebutuhan keluarga, setiap hari ia bekerja sebagai buruh tani bersama sang istri. Dalam sehari mereka hanya mendapatkan upah sebesar 30rb untuk pekerjaan suami istri. Penghasilan itupun, kerap tak kunjung mencukupi kebutuhan mereka sekeluarga. Harus berjuang lebih untuk mendapatkan penghasilan diluar upah yang didapat.
Peliknya kehidupan tak cukup sampai disitu, anak pak basiri radinda, yang kini duduk di bangku kelas 8 SMP, terancam putus sekolah, karena tak mampu membayar uang SPP, yang kerap ditagih setiap harinya.
Kini, ia harus berjuang membantu mencukupi kebutuhan dan ekonomi keluarga di kebun. Banting tulang menumbuk bahan yang akan diolah menjadi makanan.
Sangat memprihatinkan dan miris, rumah yang terbuat dari bilah bambu telas lapuk, yang kini mereka tempati pun, sudah reot dan terancam roboh. Lantai dan dinding yang berlubang sana sini, ketika angin besar dan hujan melanda mereka hanya bisa pasrah, sembari berdoa agar rumahnya tak rubuh diterpa angin dan badai hujan. Terlebih ia harus berbagi ruang dengan hewan peliharaan yang mereka rawat dan menjadi penyelamat dikala lapar.
Mati-matian Pak Basiri berjuang menafkahi keluarga, sayangnya puluhan tahun bekerja sebagai buruh tani belum mampu mengubah kondisi kehidupannya.
#Temanbaik, pak basiri dan istri sudah berjuang mati-matian, namun butuh #Temanpeduli untuk membantu agar keluarganya bisa hidup layak dan sang anak tak putus sekolah.
Bantu mereka dengan cara:
Klik "DONASI SEKARANG" Masukkan nominal donasi. Lanjut pilih metode dan lakukan transfer. Kemudian, dapatkan laporan via email atau aplikasi ayobantu.
Terimakasih #Temanpeduli
Bagikan tautan ke media sosial