Rumah Kontrakan di Gang Kenari – Salemba itu terlihat sejuk dan rapi.
Pengontrak rumah itu bernama Pikri Sobri, pria 40 tahun asal Pandeglang, yang awalnya datang ke Jakarta bersama Friska sang istri, untuk mengantar putri mereka berobat di RSCM. Latisya adalah anak ke-5 dari pasangan Pikri dan Friska, yang sejak berusia 1 bulan harus rutin berobat, karena terlahir dengan kondisi laringomalasia atau kelainan posisi pita suara. Latisya tidak bisa makan, minum dan bernafas senormal anak-anak pada umumnya.
Kini Latisya sudah berusia 5 tahun, tapi sekarang Ayah dan Bundanya tidak hanya mengurus Latisya saja. Ada puluhan pasien, termasuk yang sudah berpulang, hidup di kontrakan yang sama dengan Latisya. Warga sekitar pun sudah mengetahui bahwa bayi, anak-anak, dewasa, hampir semua penghuni rumah itu adalah pasien penyakit berat dan kronis dari berbagai daerah di Indonesia, yang sedang berobat di RSCM.
Berasal dari berbagai wilayah NKRI, Pasien dhuafa penyakit berat dan para pendampingnya, membutuhkan akomodasi selama mengantri untuk mendapat kamar rawat atau menunggu sesi tindakan medis di RSCM. Sejak pandemi 2020, Rumah Singgah yang disediakan RSCM, dialihfungsikan sebagai sarana karantina COVID-19 dan akomodasi nakes.
Di tengah keterbatasannya, Ayah dan Bunda Latisya tergerak untuk memberi naungan bagi beberapa pasien rawat jalan dan pendampingnya. Berawal dari 2 lalu 3 pasien, dari 2020 sampai sekarang, kontrakan mereka menjadi rumah bagi belasan pasien dhuafa dari berbagai daerah, dengan kondisi penyakit berat seperti, kanker, tumor ganas, gagal organ atau kelainan bawaan. Usia para pasien pun beragam, mulai bayi, batita, balita, anak-anak hingga dewasa.
Tidak hanya tempat tinggal GRATIS, Ayah dan Bunda Latisya juga menyediakan kebutuhan dasar harian bagi pasien dan pendamping.
Dapatkah Anda bayangkan biaya yang sudah dikeluarkan Ayah Pikri dan Bunda Friska? Sewa rumah, tagihan listrik, makanan bernutrisi untuk 3 kali sehari, popok anak dan dewasa, susu formula sesuai kebutuhan masing-masing pasien, seluruhnya ditanggung oleh suami istri yang dikaruniai 5 anak ini.
Pikri dan Friska bukan pasangan berpenghasilan tinggi. Mereka mendanai semua kebaikan yang mereka lakukan, hanya dengan berjualan rempeyek.
Latisya, putri bungsu mereka pun terlahir dengan kelainan dan gangguan kesehatan yang menguras dana, energi, dan waktu. Di daerah asal mereka, Pandeglang, masih ada 4 orang anak yang juga perlu dibiayai.
Tapi dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, Pikri dan Friska tidak hanya memberi tempat tinggal, menyediakan kebutuhan hidup sehari-hari, namun juga aktif mendampingi dan menemani para pasien saat mereka menjalani pemeriksaan, mengurus administrasi medis, menunggu jalannya operasi dan opname, hingga menebus obat-obatan.
Kondisi bungsu mereka yang memprihatinkan, himpitan ekonomi, rasa lelah fisik dan mental, tidak mengurangi tekad Pikri dan Friska untuk mewakafkan diri demi kemanusiaan. Mereka paham sedih dan susahnya memiliki anak yang kondisi kesehatannya sulit untuk pulih. Pasangan ini telah meringankan derita banyak orang dengan mengesampingkan derita mereka,
Pikri dan Friska tidak harus berjuang sendiri! Ayo bantu mereka untuk terus menjadi pejuang kemanusiaan dan kebaikan. Ayo Bantu mereka untuk terus menjadi perpanjangan tangan Tuhan.
Alhamdulillah atas Donasi yang Telah di berikan untuk bantu Rumah singgah bunda peduli. Donasi sudah kami salurkan untuk para pasien anak yang membutuhkan obat kemoterapi dan cek laboratorium . Terimakasih orang orang baik atas kebaikan yang telah kalian berikan untuk anak anak kami. Menjadikan kemudahan dalam perjuangan mereka berobat.
Rp. 2.796.404
dari target Rp 500.000.000
Rumah Kontrakan di Gang Kenari – Salemba itu terlihat sejuk dan rapi.
Pengontrak rumah itu bernama Pikri Sobri, pria 40 tahun asal Pandeglang, yang awalnya datang ke Jakarta bersama Friska sang istri, untuk mengantar putri mereka berobat di RSCM. Latisya adalah anak ke-5 dari pasangan Pikri dan Friska, yang sejak berusia 1 bulan harus rutin berobat, karena terlahir dengan kondisi laringomalasia atau kelainan posisi pita suara. Latisya tidak bisa makan, minum dan bernafas senormal anak-anak pada umumnya.
Kini Latisya sudah berusia 5 tahun, tapi sekarang Ayah dan Bundanya tidak hanya mengurus Latisya saja. Ada puluhan pasien, termasuk yang sudah berpulang, hidup di kontrakan yang sama dengan Latisya. Warga sekitar pun sudah mengetahui bahwa bayi, anak-anak, dewasa, hampir semua penghuni rumah itu adalah pasien penyakit berat dan kronis dari berbagai daerah di Indonesia, yang sedang berobat di RSCM.
Berasal dari berbagai wilayah NKRI, Pasien dhuafa penyakit berat dan para pendampingnya, membutuhkan akomodasi selama mengantri untuk mendapat kamar rawat atau menunggu sesi tindakan medis di RSCM. Sejak pandemi 2020, Rumah Singgah yang disediakan RSCM, dialihfungsikan sebagai sarana karantina COVID-19 dan akomodasi nakes.
Di tengah keterbatasannya, Ayah dan Bunda Latisya tergerak untuk memberi naungan bagi beberapa pasien rawat jalan dan pendampingnya. Berawal dari 2 lalu 3 pasien, dari 2020 sampai sekarang, kontrakan mereka menjadi rumah bagi belasan pasien dhuafa dari berbagai daerah, dengan kondisi penyakit berat seperti, kanker, tumor ganas, gagal organ atau kelainan bawaan. Usia para pasien pun beragam, mulai bayi, batita, balita, anak-anak hingga dewasa.
Tidak hanya tempat tinggal GRATIS, Ayah dan Bunda Latisya juga menyediakan kebutuhan dasar harian bagi pasien dan pendamping.
Dapatkah Anda bayangkan biaya yang sudah dikeluarkan Ayah Pikri dan Bunda Friska? Sewa rumah, tagihan listrik, makanan bernutrisi untuk 3 kali sehari, popok anak dan dewasa, susu formula sesuai kebutuhan masing-masing pasien, seluruhnya ditanggung oleh suami istri yang dikaruniai 5 anak ini.
Pikri dan Friska bukan pasangan berpenghasilan tinggi. Mereka mendanai semua kebaikan yang mereka lakukan, hanya dengan berjualan rempeyek.
Latisya, putri bungsu mereka pun terlahir dengan kelainan dan gangguan kesehatan yang menguras dana, energi, dan waktu. Di daerah asal mereka, Pandeglang, masih ada 4 orang anak yang juga perlu dibiayai.
Tapi dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, Pikri dan Friska tidak hanya memberi tempat tinggal, menyediakan kebutuhan hidup sehari-hari, namun juga aktif mendampingi dan menemani para pasien saat mereka menjalani pemeriksaan, mengurus administrasi medis, menunggu jalannya operasi dan opname, hingga menebus obat-obatan.
Kondisi bungsu mereka yang memprihatinkan, himpitan ekonomi, rasa lelah fisik dan mental, tidak mengurangi tekad Pikri dan Friska untuk mewakafkan diri demi kemanusiaan. Mereka paham sedih dan susahnya memiliki anak yang kondisi kesehatannya sulit untuk pulih. Pasangan ini telah meringankan derita banyak orang dengan mengesampingkan derita mereka,
Pikri dan Friska tidak harus berjuang sendiri! Ayo bantu mereka untuk terus menjadi pejuang kemanusiaan dan kebaikan. Ayo Bantu mereka untuk terus menjadi perpanjangan tangan Tuhan.
Jumlah yang telah dicairkan : Rp. 2.796.404
Alhamdulillah atas Donasi yang Telah di berikan untuk bantu Rumah singgah bunda peduli. Donasi sudah kami salurkan untuk para pasien anak yang membutuhkan obat kemoterapi dan cek laboratorium . Terimakasih orang orang baik atas kebaikan yang telah kalian berikan untuk anak anak kami. Menjadikan kemudahan dalam perjuangan mereka berobat.
Rp. 2.796.404
Bagikan tautan ke media sosial