Kisah Pilu Mak Homsih! Bantu Lansia untuk Bertahan Hidup

22 June 2023

Mak Homsih (72th) masih harus berjuang untuk bertahan hidup di usianya yang sudah renta. Sehari-hari beliau mencari nafkah dengan menjadi buruh serabutan di kampung tempat tinggalnya.

Tinggal di sebuah kampung yang akses jalannya masih sulit Mak Homsih masih harus mengadu nasibnya seorang diri. Kampung Cibacang, tempat tinggal Mak Homsih hanya bisa diakses ketika musim kemarau datang. Ketika musim hujan datang, akses jalan sering kali ditutup karena akses jalan yang dilewati merupakan lahan bekas sawah yang sudah lembek dan berlumpur. Selain itu begitu banyak cekungan yang terjal sehingga dapat membahayakan para pelintas. Untuk  Untuk mencapai kampung tersebut juga para pelintas bahkan perlu menyebrangi sungai dan menaiki bukit untung sampai menuju kampung tersebut.

Sejak ditinggal wafat oleh suaminya 2 tahun lalu, Mak Homsih kini berjuang sendirian mencari nafkah demi mencari sesuap nasi. Seringkali Mak Homsih merindukan mendiang suaminya hingga menangis, terutama apabila sedang bercerita dan mengenang cerita tentang suaminya.

 

Pendapatannya dalam sebulan tidak lebih dari 150.000 rupiah. Mak Homsih seringkali kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena pendapatan yang sangat tidak menentu.  Apalagi kejadian 2 bulan lalu sangat berpengaruh dengan aktivitas Mak Homsih saat ini. Beliau sempat digigit ular saat sedang bekerja di kebun. Akibatnya selama 2 bulan ini pula Mak Homsih mengalami kesakitan dan timbul bengkak pada kakinya. Bahkan 1 bulan sebelumnya Mak Homsih sempat kesulitan berjalan sehingga hanya bisa berdiam diri di rumahnya. Saat ini pengobatan kaki Mak Homsih masih tertunda karena ketika melakukan pemeriksaan kondisi Mak dalam keadaan tidak baik dan sedang menderita darah tinggi.

Mak Homsih tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana. Kondisinya untuk atap sudah ada yang bocor, lantainya ada yang reot dengan kondisi rumahnya sudah sangat mengkhawatirkan. Untuk masak sehari-hari pun Mak Homsih masih menggunakan tungku kayu bakar. 

Salah satu kesulitan lainnya yang dialami Mak Homsih yaitu terkait kebutuhan air bersih. Untuk memperoleh air bersih Mak Homsih harus berjalan cukup jauh menuju sumber air dengan jalan yang cukup menurun dan kembali dengan menanjak yang jaraknya bisa sampai 300 meter dari rumahnya. Jika cuaca sedang buruk, maka akses jalan yang ditempuh akan menjadi sangat mengkhawatirkan dan membahayakan karena jalan menuju sumber air sangatlah licin. Di kampung tempat tinggal Mak Homsih, sumber air belum ada akses untuk menggunakan pipa sambungan menggunakan mesin karena sumber airnya berada di lembahan dekat sawah. Jika kemarau panjang datang, bahkan sumber air tersebut akan mengering dan warga akan sangat kesulitan untuk mendapatkan air.

 

Teman-teman, melihat keprihatinan kehidupan Mak Homsih yang sudah lansia, kami bermaksud untuk membantu beliau dengan memberikan bantuan berupa modal usaha serta modal pemenuhan kebutuhan sehari-hari untuk Mak Homsih.  Kami juga bermaksud untuk membantu para penerima manfaat lainnya yang kesulitan mengakses air bersih.

Yuk bantu Mak Homsih dan penerima manfaat lainnya dengan sebarkan campaign ini dan berdonasi dengan cara:

1) Klik “DONASI SEKARANG”;

2) Masukkan nominal donasinya;

3) Pilih metode pembayaran.

Bantuan kalian sangat berarti untuk Mak Homsih, tiada yang lebih berarti selain kebaikan!

 


Belum ada update
Dana terkumpul

Rp 110.000

dari target Rp 35.000.000

 
  • 2
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Campaign telah berakhir/selesai
Donasi
Ayobantu Indonesia
AyoBantu Galang Dana

Jadi fundraiser untuk campaign ini

Gabung

Kisah Pilu Mak Homsih! Bantu Lansia untuk Bertahan Hidup

Sosial
Dana terkumpul

Rp 110.000

 
Target: Rp Rp 35.000.000
  • 2
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Selesai
Campaign telah berakhir/selesai
22 June 2023

Mak Homsih (72th) masih harus berjuang untuk bertahan hidup di usianya yang sudah renta. Sehari-hari beliau mencari nafkah dengan menjadi buruh serabutan di kampung tempat tinggalnya.

Tinggal di sebuah kampung yang akses jalannya masih sulit Mak Homsih masih harus mengadu nasibnya seorang diri. Kampung Cibacang, tempat tinggal Mak Homsih hanya bisa diakses ketika musim kemarau datang. Ketika musim hujan datang, akses jalan sering kali ditutup karena akses jalan yang dilewati merupakan lahan bekas sawah yang sudah lembek dan berlumpur. Selain itu begitu banyak cekungan yang terjal sehingga dapat membahayakan para pelintas. Untuk  Untuk mencapai kampung tersebut juga para pelintas bahkan perlu menyebrangi sungai dan menaiki bukit untung sampai menuju kampung tersebut.

Sejak ditinggal wafat oleh suaminya 2 tahun lalu, Mak Homsih kini berjuang sendirian mencari nafkah demi mencari sesuap nasi. Seringkali Mak Homsih merindukan mendiang suaminya hingga menangis, terutama apabila sedang bercerita dan mengenang cerita tentang suaminya.

 

Pendapatannya dalam sebulan tidak lebih dari 150.000 rupiah. Mak Homsih seringkali kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena pendapatan yang sangat tidak menentu.  Apalagi kejadian 2 bulan lalu sangat berpengaruh dengan aktivitas Mak Homsih saat ini. Beliau sempat digigit ular saat sedang bekerja di kebun. Akibatnya selama 2 bulan ini pula Mak Homsih mengalami kesakitan dan timbul bengkak pada kakinya. Bahkan 1 bulan sebelumnya Mak Homsih sempat kesulitan berjalan sehingga hanya bisa berdiam diri di rumahnya. Saat ini pengobatan kaki Mak Homsih masih tertunda karena ketika melakukan pemeriksaan kondisi Mak dalam keadaan tidak baik dan sedang menderita darah tinggi.

Mak Homsih tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana. Kondisinya untuk atap sudah ada yang bocor, lantainya ada yang reot dengan kondisi rumahnya sudah sangat mengkhawatirkan. Untuk masak sehari-hari pun Mak Homsih masih menggunakan tungku kayu bakar. 

Salah satu kesulitan lainnya yang dialami Mak Homsih yaitu terkait kebutuhan air bersih. Untuk memperoleh air bersih Mak Homsih harus berjalan cukup jauh menuju sumber air dengan jalan yang cukup menurun dan kembali dengan menanjak yang jaraknya bisa sampai 300 meter dari rumahnya. Jika cuaca sedang buruk, maka akses jalan yang ditempuh akan menjadi sangat mengkhawatirkan dan membahayakan karena jalan menuju sumber air sangatlah licin. Di kampung tempat tinggal Mak Homsih, sumber air belum ada akses untuk menggunakan pipa sambungan menggunakan mesin karena sumber airnya berada di lembahan dekat sawah. Jika kemarau panjang datang, bahkan sumber air tersebut akan mengering dan warga akan sangat kesulitan untuk mendapatkan air.

 

Teman-teman, melihat keprihatinan kehidupan Mak Homsih yang sudah lansia, kami bermaksud untuk membantu beliau dengan memberikan bantuan berupa modal usaha serta modal pemenuhan kebutuhan sehari-hari untuk Mak Homsih.  Kami juga bermaksud untuk membantu para penerima manfaat lainnya yang kesulitan mengakses air bersih.

Yuk bantu Mak Homsih dan penerima manfaat lainnya dengan sebarkan campaign ini dan berdonasi dengan cara:

1) Klik “DONASI SEKARANG”;

2) Masukkan nominal donasinya;

3) Pilih metode pembayaran.

Bantuan kalian sangat berarti untuk Mak Homsih, tiada yang lebih berarti selain kebaikan!

 



Belum ada update

Harapan #TemanPeduli
Fundraiser
Gabung
Kamu juga bisa bantu: