Melanjutkan Nyala Ruang Baca: Aksi Kolektif untuk Literasi Anak
Perpustakaan sekolah seharusnya menjadi tempat tumbuhnya kebiasaan membaca anak. Namun, banyak perpustakaan masih minim buku yang sesuai, ruang baca yang tidak ramah anak, dan aktivitas literasi yang terbatas. Akibatnya, kemampuan literasi anak Indonesia masih rendah, lebih dari 50% anak usia 10 tahun tidak mampu memahami teks sederhana (World Bank, 2022).
Salah satu penyebab utamanya adalah terbatasnya akses ke buku bacaan yang relevan dan berkualitas. Analisis Room to Read (2014) menunjukkan hanya 7% buku cerita di pasaran cocok untuk pembaca awal.
Melalui acara “Melanjutkan Nyala Ruang Baca”, kami akan meluncurkan 14 buku baru, mencetak 42.000 eksemplar, dan mendistribusikannya ke 1.000 sekolah dasar. Ini adalah bagian dari gerakan bersama untuk memperkuat ekosistem literasi anak di Indonesia.
Mari jadi bagian dari perubahan.
📚 Dukung ruang baca yang ramah dan buku-buku yang bermakna.
Melanjutkan Nyala Ruang Baca: Aksi Kolektif untuk Literasi Anak
Perpustakaan sekolah seharusnya menjadi tempat tumbuhnya kebiasaan membaca anak. Namun, banyak perpustakaan masih minim buku yang sesuai, ruang baca yang tidak ramah anak, dan aktivitas literasi yang terbatas. Akibatnya, kemampuan literasi anak Indonesia masih rendah, lebih dari 50% anak usia 10 tahun tidak mampu memahami teks sederhana (World Bank, 2022).
Salah satu penyebab utamanya adalah terbatasnya akses ke buku bacaan yang relevan dan berkualitas. Analisis Room to Read (2014) menunjukkan hanya 7% buku cerita di pasaran cocok untuk pembaca awal.
Melalui acara “Melanjutkan Nyala Ruang Baca”, kami akan meluncurkan 14 buku baru, mencetak 42.000 eksemplar, dan mendistribusikannya ke 1.000 sekolah dasar. Ini adalah bagian dari gerakan bersama untuk memperkuat ekosistem literasi anak di Indonesia.
Mari jadi bagian dari perubahan.
📚 Dukung ruang baca yang ramah dan buku-buku yang bermakna.
Bagikan tautan ke media sosial