Meski penglihatannya kabur, Kakek Hasan tetap berjuang keras untuk bertahan hidup. Setiap hari, dari pukul 7 pagi hingga 6 sore, ia berjalan menyusuri jalanan, mengandalkan tongkat dan naluri, demi mengumpulkan botol-botol bekas.
Namun sering kali, hasil yang didapat sangat sedikit. Hanya segenggam botol yang bisa dijual, kadang hanya cukup untuk mendapat Rp1.000 saja. Sangat jauh dari kata layak. Pernah, di tengah lelah dan lapar, Kakek Hasan duduk di pinggir jalan menangis. Karena sudah seharian memulung, tapi nyaris tak menghasilkan apa-apa.
Di usia senjanya, seharusnya ia bisa beristirahat dengan tenang. Tapi takdir membuatnya tetap harus berjalan jauh, dengan tubuh renta dan penglihatan yang hilang, hanya demi sesuap nasi.
Mari kita bantu Kakek Hasan. Sedikit bantuan darimu, bisa jadi cahaya harapan untuk hidup yang lebih layak bagi Kakek.
Meski penglihatannya kabur, Kakek Hasan tetap berjuang keras untuk bertahan hidup. Setiap hari, dari pukul 7 pagi hingga 6 sore, ia berjalan menyusuri jalanan, mengandalkan tongkat dan naluri, demi mengumpulkan botol-botol bekas.
Namun sering kali, hasil yang didapat sangat sedikit. Hanya segenggam botol yang bisa dijual, kadang hanya cukup untuk mendapat Rp1.000 saja. Sangat jauh dari kata layak. Pernah, di tengah lelah dan lapar, Kakek Hasan duduk di pinggir jalan menangis. Karena sudah seharian memulung, tapi nyaris tak menghasilkan apa-apa.
Di usia senjanya, seharusnya ia bisa beristirahat dengan tenang. Tapi takdir membuatnya tetap harus berjalan jauh, dengan tubuh renta dan penglihatan yang hilang, hanya demi sesuap nasi.
Mari kita bantu Kakek Hasan. Sedikit bantuan darimu, bisa jadi cahaya harapan untuk hidup yang lebih layak bagi Kakek.
Bagikan tautan ke media sosial