Rumah Tahfizh Ar Raihan (RTA) adalah lembaga tahfizh untuk santri-santri dari TK bahkan dewasa yang berada di daerah Bantul Yogyakarta
RTA berdiri pada tahun 2015, berawal dari pengajian ibu-ibu yang kemudian membuka kelas untuk anak-anak hingga dewasa. kini RTA sudah memiliki 200 lebih santri aktif yang datang untuk menghafal dan melancarkan bacaan Al-Qur'an.
Perjuangan Anak-anak untuk Menghafal
Saya syahid, salah satu pengajar di Rumah Tahfizh Ar Raihan, ingin bercerita tentang perjuangan para santri RTA.
Saya terharu dengan perjuangan para santri RTA yang datang setiap sore, belum pulang ke rumah, belum berganti baju, masih mengenakan seragam sekolah mereka masing-masing, diantar oleh orangtua mereka, datang dengan niat menyetorkan hafalan mereka.
Disaat banyak anak-anak menggunakan waktu sore mereka untuk bermain atau beristirahat sepulang dari sekolah, para santri-santri RTA lebih memilih menggunakan waktu sore mereka untuk menghafalkan Al-Qur'an, meskipun capek setelah sekolah seharian mereka merasa bahwa sore hari sambil menghafalkan Al-Qur'an bersama teman-teman adalah istirahat terbaik.
Apakah setelah pulang ke rumah langsung istirahat? Oh tentu tidak... mereka masih harus muroja'ah lagi, dan mempersiapkan pelajaran untuk esok hari begitu setiap hari. Dan mereka tidak pernah mengeluh dengan aktivitas harian ini.
Gak cuma anak-anak, ada juga ibu-ibu yang menjadi santri di RTA. Memangnya mereka tidak bekerja? Oh tentu mereka memiliki kesibukan... ada yang menjadi karyawan kantor, ibu rumah tangga, pebisnis, guru dan pekerjaan lainnya, tetapi mereka memilih datang setiap sore hanya untuk menghafal dan menyetorkan bacaan mereka.
Apakah gak capek ibu-ibu itu? Tentu saja capek... belum lagi kalau pulang masih ngurus urusan rumah tangga. Betapa luar biasanya para ibu-ibu RTA ini. Mengapa mereka mau menambah kesibukan di dalam kepadatan urusan para ibu-ibu ini? Mereka berkata,
Mendengar pernyataan para ibu-ibu ini, membuat saya terharu. ditengah kesibukan yang ada mereka masih berusaha memantaskan diri bahwa mereka termasuk dalam golongan ahli Qur'an, golongan berjuang agar hati mereka selalu dalam naungan Al-Qur'an.... MasyaAllah
Namun kini kami ada kendala besar... semakin banyak santri maka tempat semakin sempit
Kami berusaha memberikan tempat terbaik untuk mereka yang ingin menghafalkan Al-Qur'an, tetapi kini kami sudah mencapai batasnya, kami sudah tidak bisa menerima santri lagi, setiap pekannya ada saja orangtua yang ingin mendaftarkan anaknya ke RTA, namun mohon maaf kami tidak menerimanya dikarenakan tempatnya yang sudah tidak mencukupi.
Kini kami berniat untuk membangun sebuah gedung baru, gedung untuk menambah kelas, gedung untuk menambah kenyamanan para santri dalam menghafal. Namun kendala terbesarnya adalah untuk membangun sebuah gedung membutuhkan biaya yang sangat besar. Kalau hanya mengandalkan SPP dari anak-anak, keinginan membangun gedung baru hanyalah sebuah mimpi bagi kami.
Kami yakin banyak orang baik diluar sana yang ingin membantu kami dalam pembangunan gedung ini.
DONASI SEKARANG!
Rumah Tahfizh Ar Raihan (RTA) adalah lembaga tahfizh untuk santri-santri dari TK bahkan dewasa yang berada di daerah Bantul Yogyakarta
RTA berdiri pada tahun 2015, berawal dari pengajian ibu-ibu yang kemudian membuka kelas untuk anak-anak hingga dewasa. kini RTA sudah memiliki 200 lebih santri aktif yang datang untuk menghafal dan melancarkan bacaan Al-Qur'an.
Perjuangan Anak-anak untuk Menghafal
Saya syahid, salah satu pengajar di Rumah Tahfizh Ar Raihan, ingin bercerita tentang perjuangan para santri RTA.
Saya terharu dengan perjuangan para santri RTA yang datang setiap sore, belum pulang ke rumah, belum berganti baju, masih mengenakan seragam sekolah mereka masing-masing, diantar oleh orangtua mereka, datang dengan niat menyetorkan hafalan mereka.
Disaat banyak anak-anak menggunakan waktu sore mereka untuk bermain atau beristirahat sepulang dari sekolah, para santri-santri RTA lebih memilih menggunakan waktu sore mereka untuk menghafalkan Al-Qur'an, meskipun capek setelah sekolah seharian mereka merasa bahwa sore hari sambil menghafalkan Al-Qur'an bersama teman-teman adalah istirahat terbaik.
Apakah setelah pulang ke rumah langsung istirahat? Oh tentu tidak... mereka masih harus muroja'ah lagi, dan mempersiapkan pelajaran untuk esok hari begitu setiap hari. Dan mereka tidak pernah mengeluh dengan aktivitas harian ini.
Gak cuma anak-anak, ada juga ibu-ibu yang menjadi santri di RTA. Memangnya mereka tidak bekerja? Oh tentu mereka memiliki kesibukan... ada yang menjadi karyawan kantor, ibu rumah tangga, pebisnis, guru dan pekerjaan lainnya, tetapi mereka memilih datang setiap sore hanya untuk menghafal dan menyetorkan bacaan mereka.
Apakah gak capek ibu-ibu itu? Tentu saja capek... belum lagi kalau pulang masih ngurus urusan rumah tangga. Betapa luar biasanya para ibu-ibu RTA ini. Mengapa mereka mau menambah kesibukan di dalam kepadatan urusan para ibu-ibu ini? Mereka berkata,
Mendengar pernyataan para ibu-ibu ini, membuat saya terharu. ditengah kesibukan yang ada mereka masih berusaha memantaskan diri bahwa mereka termasuk dalam golongan ahli Qur'an, golongan berjuang agar hati mereka selalu dalam naungan Al-Qur'an.... MasyaAllah
Namun kini kami ada kendala besar... semakin banyak santri maka tempat semakin sempit
Kami berusaha memberikan tempat terbaik untuk mereka yang ingin menghafalkan Al-Qur'an, tetapi kini kami sudah mencapai batasnya, kami sudah tidak bisa menerima santri lagi, setiap pekannya ada saja orangtua yang ingin mendaftarkan anaknya ke RTA, namun mohon maaf kami tidak menerimanya dikarenakan tempatnya yang sudah tidak mencukupi.
Kini kami berniat untuk membangun sebuah gedung baru, gedung untuk menambah kelas, gedung untuk menambah kenyamanan para santri dalam menghafal. Namun kendala terbesarnya adalah untuk membangun sebuah gedung membutuhkan biaya yang sangat besar. Kalau hanya mengandalkan SPP dari anak-anak, keinginan membangun gedung baru hanyalah sebuah mimpi bagi kami.
Kami yakin banyak orang baik diluar sana yang ingin membantu kami dalam pembangunan gedung ini.
DONASI SEKARANG!
Bagikan tautan ke media sosial