BANTU NENEK RENTA YANG HIDUP SENDIRI DI GUBUK REYOT
Kemiskinan membuatnya tak berdaya menghadapi sisa usia di masa senja. Hidup sebatang kara bahkan mesti di jalani dengan kondisi rumah yang sangat jauh dari kata layak. Lantai masih berpasir karena rumah tempatnya berteduh tak jauh dari pesisir pantai selatan, pun demikian kerap bocor saat hujan dan banjir kala pasang rob melanda. Dinding berlubang hingga tak ayal angin berhembus menerjang hingga ketulang belulang.
Seolah belum berakhr penderitaan yang dialami Mbah Pasem, sosok nenek renta yang hidup sendiri karena suami telah lama meninggal dan tak ada kluarga yang satu atap dengannya. Dalam keseharian perempuan tua yang tangguh ini tak mau menyerah begitu saja bahkan menantang kerasnya hidup dengan mengais sisa-sisa limbah rongsok untuk sekedar ditukar sekaleng beras yang tak seberapa. Tak jarang mengais rerumputan sebagai bahan makan ternak tetangga agar Mbah Pasem mendapatkan sedikit tambahan penghasilan yang tak tentu. Mbah Pasem baru d beri upah tatkala kambing laku dan bisa terjadi berbulan-bulan. Hasil jualan rongsok yang hanya 5rb atau 10rb nyaris hanya cukup untuk membuatnya menerima keadaan yang serba kekurangan.
Senja berlalu mbah Pasem mulai memasuki ruangan yang tak lebih dari 3x4 meter itu dengan kondisi yang sangat memprihatinkan karena harus berbagi dengan kambing bahkan ayam yang sangat berisik dan bau.
"Mbah sedih dan bingung kalau tiba-tiba sakit karena ngga ada teman, kalau malam ingin buat hajat harus keluar rumah"
Kondisi tersebut kerap di alami Mbah Pasem janda renta yang berjuang hidup tanpa penerangan memadai kalau malam hari karena hanya mengandalkan lampu 5whatt dari tetangga, wc tak punya, bahkan kompor untuk memasak airpun tak memiliki.
Harapan Mbah Pasem ingin memiliki tempat tinggal yang layak, persediaan bahan pangan, selalu diberi kesehatan.
#SahabatDermawan, mari kita bantu donasi dan doakan agar Mbah Pasem bisa hidup sejahtera dengan cara :
dari target Rp 50.000.000
BANTU NENEK RENTA YANG HIDUP SENDIRI DI GUBUK REYOT
Kemiskinan membuatnya tak berdaya menghadapi sisa usia di masa senja. Hidup sebatang kara bahkan mesti di jalani dengan kondisi rumah yang sangat jauh dari kata layak. Lantai masih berpasir karena rumah tempatnya berteduh tak jauh dari pesisir pantai selatan, pun demikian kerap bocor saat hujan dan banjir kala pasang rob melanda. Dinding berlubang hingga tak ayal angin berhembus menerjang hingga ketulang belulang.
Seolah belum berakhr penderitaan yang dialami Mbah Pasem, sosok nenek renta yang hidup sendiri karena suami telah lama meninggal dan tak ada kluarga yang satu atap dengannya. Dalam keseharian perempuan tua yang tangguh ini tak mau menyerah begitu saja bahkan menantang kerasnya hidup dengan mengais sisa-sisa limbah rongsok untuk sekedar ditukar sekaleng beras yang tak seberapa. Tak jarang mengais rerumputan sebagai bahan makan ternak tetangga agar Mbah Pasem mendapatkan sedikit tambahan penghasilan yang tak tentu. Mbah Pasem baru d beri upah tatkala kambing laku dan bisa terjadi berbulan-bulan. Hasil jualan rongsok yang hanya 5rb atau 10rb nyaris hanya cukup untuk membuatnya menerima keadaan yang serba kekurangan.
Senja berlalu mbah Pasem mulai memasuki ruangan yang tak lebih dari 3x4 meter itu dengan kondisi yang sangat memprihatinkan karena harus berbagi dengan kambing bahkan ayam yang sangat berisik dan bau.
"Mbah sedih dan bingung kalau tiba-tiba sakit karena ngga ada teman, kalau malam ingin buat hajat harus keluar rumah"
Kondisi tersebut kerap di alami Mbah Pasem janda renta yang berjuang hidup tanpa penerangan memadai kalau malam hari karena hanya mengandalkan lampu 5whatt dari tetangga, wc tak punya, bahkan kompor untuk memasak airpun tak memiliki.
Harapan Mbah Pasem ingin memiliki tempat tinggal yang layak, persediaan bahan pangan, selalu diberi kesehatan.
#SahabatDermawan, mari kita bantu donasi dan doakan agar Mbah Pasem bisa hidup sejahtera dengan cara :
Bagikan tautan ke media sosial