Donasi kaki palsu Selamatkan masa depan mereka

19 May 2023

 

“Terkadang saya merasa sedih karena aktivitas yang terbatas, tidak bisa melakukan gerakan bebas karena hanya memiliki satu kaki. Tapi saya harus tetap semangat melaluinya untuk memenuhi makan keluarga di rumah”, Ujar Pak Suwarna.

Nikmat yang paling berharga ialah nikmat sehat yang berupa keutuhan dan keselamatan baik dari segi jasmani dan rohani. Masing-masing dari kita di anugerahkan tubuh yang masih lengkap dan berfungsi dengan baik namun teman-teman, tak sedikit dari kita yang di beri cobaan dan ujian, seperti halnya saudara kita Pak Suwarna yang hidup dengan hanya memiliki satu kaki.

 

 Pak Suwarna lahir pada 05 April 1964 di Ciamis. Ia tinggal di dusun Batununggal, Desa Mekarmukti, Kec. Cisaga. Ia awalnya seorang petani dan sekarang ia bekerja sebagai pembuat batu bata di daerah dekat rumahnya. Tetapi sudah beberapa minggu ini ia tidak bekerja dikarenakan ia sering merasakan sesak pada dadanya. Dan ia sudah tidak bekerja lagi, Istrinyapun hanya sebagai Ibu rumah tangga biasa yang menghabiskan waktunya di rumah.

Ia tinggal di rumah yang sangat sederhana, pada tahun 2016 rumahnya terbakar di makan si jago merah, ia sudah tidak mempunyai tempat tinggal lagi. Tidak lama dari kejadian, pemerintah warga setempat membantu sedikit demi sedikit pembangunan rumahnya. Tidak lama beberapa bulan lamanya setelah pembangunan rumah, rumahnya rubuh kembali diakibatkan angin topan yang begitu kencang. Dan ia kembali diberi bantuan rumah dengan rumah seadanya yang sekarang ia tempati bersama keluarganya.

Ia kehilangan sebelah kaki kanannya sejak tahun 1998, saat itu ia sedang mengendarai motor dan tiba-tiba truk dari arah berlawanan datang menghampirinya. Saat itu kaki sebelah kanannya luka parah, dan harus diamputasi secepatnya.

Saat ia kehilangan kakinya, ia sangat putus asa.

 

“Bagaimana saya bisa hidup dengan satu kaki saja? Bagaimana saya bisa menghidupi keluarga dengan keadaan seperti ini?” Katanya saat ia masih tidak menerima kondisinya.

 

Dengan penguatan sang istri serta keluarganya, ia kembali sadar. Bahwa masih ada kehidupan yang lebih besar untuk ia perjuangkan. Ada keluarga kecil yang harus ia bahagiakan, ia tidak boleh menyerah begitu saja hanya karena kehilangan sebelah kakinya. Toh banyak mereka yang kehilangan sebagian anggota tubuhnya dan mereka tetap terus mengerjakan aktivitas seperti biasa yang mereka lakukan.

 

“Istri saya, anak-anak saya, menerima saya apa adanya dengan tulus. Karena ini bukan suatu hal yang memalukan, ini suatu cobaan yang memang harus diikhlaskan.”

----

Sama halnya dengan keluarga Bu Herwani, Seorang Ibu 58 Tahun asal Aceh yang harus diamputasi sebab kaki kanannya yang membusuk. Selama 9 tahun Bu Herwani harus berjuang dengan sakit Diabetesnya, kadar gula sudah sampai 470 mg/dL (normal kadar gula 140mg/dL) sehingga ketika ada luka, lukanya membesar lalu membusuk.

 

“Siang malam ga bisa tidur saya selama 3 bulan, udah ga sanggup lihat kaki sendiri. Satu persatu jari kaki busuk dan putus.” Ungkap Bu Herwani

 

Begitu sabarnya beliau dalam menghadapi cobaan penyakit ini, 5 bulan beliau bertahan dengan kondisi kaki bernanah bercampur darah, tak kuasa ia melihat lukanya tetapi ia tetap berdoa dan selalu beribadah kepada Allah untuk diberikan kekuatan. 5 bulan beliau mempertahankan kakinya untuk tidak diamputasi, tetapi keadaan berkata lain, jari kakinya perlahan putus satu persatu sehingga beliau sudah pasrah jika memang harus diamputasi. 27 November 2022 beliau dan keluarganya sepakat untuk solusi terbaik agar Bu Herwani tidak merasakan sakit yang berlebih dengan mengamputasi kaki sebelah kanannya.

Ada yang berbeda dengan Bu Herwani dibanding para disabilitas lainnya. Beberapa kali tim mewawancarai belum ada yang menjawab dengan jawaban yang Bu Herwani lontarkan. Mereka sering mengatakan putus asa, tidak ada lagi semangat hidup bahkan keluar kalimat “Saya baik mati saja dari pada harus cacat seperti ini” karena mereka malu dan sulit beraktivitas dan tidak mau dikasihani, tetapi apa jawaban beliau? Beliau mengatakan “Saya sangat bersyukur dengan kondisi yang sekarang, walau harus kehilangan sebelah kaki, baru sekarang saya merasakan tenangnya tidur dan tenangnya jiwa, karena sudah tidak lagi merasakan sakit dan melihat kakinya yang terus membusuk.

Saat ini beliau sudah tenang dengan kakinya yang tidak membusuk lagi, tetapi beliau merasa sedih tidak bisa lagi merasakan nikmatnya berjalan.

---

Cerita lain yang sama sedang berjuang dengan keterbatasan kakinya yang sudah tidak ada karena penyakit ganas keterpaksaan yang harus di amputasi kakinya.

Menjadi tulang punggung keluarga adalah sosok peran penuh bagi Kang Cephi,Sosok laki-laki berumur 33 tahun selalu menahan rasa sakit ketika tumor di kakinya di bersihkan.

semuanya berawal dari benjolan kecil yang ada di kaki kang cephi yang sudah di obati namun , benjolan itu semakin meluas dan melebar selama 7 bulan lamanya karena tidak bisa meninggalkan aktifitas nya.

awalnya kang cephi di rawat dan di bantu oleh ayah nya ,namun kang cephi mendapatkan peristiwa buruk harus rela dan ikhlas kehilangan sosok ayahnya,selama 3 bulan penuh kang cephi berjuang seorang diri, beliau hidup bersama sang nenek yang sudah berumur 90 tahun.

dokter mengatakan "jangan telat berobat jika telat harus dari awal lagi dan jika tumor nya semakin melebar kaki kang cephi harus siap di amputasi".

3 bulan berlalu kang chevi sudah tidak bisa berjalan karena, tumor di kaki nya semakin melebar dan selalu sakit serta linu jika bergerak walaupun sedikit saja, namun Alloh SWT punya cerita lain yang mengharuskan kaki kang cepi harus di amputasi. Kang cepi sangat mengeluhkan yang tidak ada pilihan lain selain harus di amputasi, kang cepi tetap semangat dan tidak pernah putus asa dan mungkin ini jalan yang terbaik yang alloh berikan kepada kang cepi.

 

Bu Herwani, Pak Suwarna dan kang cepi adalah salah satu contoh yang mengalami kondisi seperti ini. Tidak hanya Bu Herwani, Pak Suwarna dan kang cepi saja. Kementerian Ketenagakerkerjaan RI memperkirakan ada sebanyak 16,5 juta orang penyandang disabilitas, yang terdiri dari 7,6 juta laki-laki dan 8,9 juta perempuan.

Dengan ini harusnya kita sadar untuk mensyukuri nikmat yang telah di beri oleh Allah SWT. Oleh karena itu semoga kisah inspiratif Pak Suwarna, Bu Herwani dan kang cepi dapat menggerakkan hati para Donatur dan Para Orang Baik yang mau membantu dan memberikan sebagian rezekinya untuk Kaki Palsu Pak Suwarna dan yang lainnya yang sedang berjuang dengan kehilangan kakinya.

Maukah kamu menyisihkan sedikit rezeki untuk memberikan harapan hidup untuk Pak Suwarna, Bu Herwani, kang cepi dan lainnya yang menderita kehilangan kakinya? Jika kamu setuju, kamu bisa memberikan doa, dukungan, dan bantuan donasi terbaikmu, dengan cara:

1.      Klik tombol “Donasi sekarang!”.

2.      Masukkan Nominal Donasi.

3. Pilih metode pembayaran (Dompet Kebaikan/GO-PAY/DANA/Shopee Pay/LinkAja/Jenius Pay/BCA/BNI/BNI Syariah/BRI/Mandiri/Mandiri Syariah/Kartu Kredit).

4.      Dapatkan laporan melalui email.

 

Jumlah yang telah dicairkan : Rp. 340.246

Pencairan Donasi

Rp. 340.246

Bank Account: 010*********560
Bank Account Name: Sahabat Amal Peduli Sesama Tasikmalaya

Dana terkumpul

Rp 370.000

dari target Rp 121.050.000

 
  • 16
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Campaign telah berakhir/selesai
Relawan Tasik Peduli
Donasi
Ayobantu Indonesia
AyoBantu Galang Dana

Jadi fundraiser untuk campaign ini

Gabung

Donasi kaki palsu Selamatkan masa depan mereka

Sosial
Dana terkumpul

Rp 370.000

 
Target: Rp Rp 121.050.000
  • 16
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Selesai
Campaign telah berakhir/selesai
19 May 2023

 

“Terkadang saya merasa sedih karena aktivitas yang terbatas, tidak bisa melakukan gerakan bebas karena hanya memiliki satu kaki. Tapi saya harus tetap semangat melaluinya untuk memenuhi makan keluarga di rumah”, Ujar Pak Suwarna.

Nikmat yang paling berharga ialah nikmat sehat yang berupa keutuhan dan keselamatan baik dari segi jasmani dan rohani. Masing-masing dari kita di anugerahkan tubuh yang masih lengkap dan berfungsi dengan baik namun teman-teman, tak sedikit dari kita yang di beri cobaan dan ujian, seperti halnya saudara kita Pak Suwarna yang hidup dengan hanya memiliki satu kaki.

 

 Pak Suwarna lahir pada 05 April 1964 di Ciamis. Ia tinggal di dusun Batununggal, Desa Mekarmukti, Kec. Cisaga. Ia awalnya seorang petani dan sekarang ia bekerja sebagai pembuat batu bata di daerah dekat rumahnya. Tetapi sudah beberapa minggu ini ia tidak bekerja dikarenakan ia sering merasakan sesak pada dadanya. Dan ia sudah tidak bekerja lagi, Istrinyapun hanya sebagai Ibu rumah tangga biasa yang menghabiskan waktunya di rumah.

Ia tinggal di rumah yang sangat sederhana, pada tahun 2016 rumahnya terbakar di makan si jago merah, ia sudah tidak mempunyai tempat tinggal lagi. Tidak lama dari kejadian, pemerintah warga setempat membantu sedikit demi sedikit pembangunan rumahnya. Tidak lama beberapa bulan lamanya setelah pembangunan rumah, rumahnya rubuh kembali diakibatkan angin topan yang begitu kencang. Dan ia kembali diberi bantuan rumah dengan rumah seadanya yang sekarang ia tempati bersama keluarganya.

Ia kehilangan sebelah kaki kanannya sejak tahun 1998, saat itu ia sedang mengendarai motor dan tiba-tiba truk dari arah berlawanan datang menghampirinya. Saat itu kaki sebelah kanannya luka parah, dan harus diamputasi secepatnya.

Saat ia kehilangan kakinya, ia sangat putus asa.

 

“Bagaimana saya bisa hidup dengan satu kaki saja? Bagaimana saya bisa menghidupi keluarga dengan keadaan seperti ini?” Katanya saat ia masih tidak menerima kondisinya.

 

Dengan penguatan sang istri serta keluarganya, ia kembali sadar. Bahwa masih ada kehidupan yang lebih besar untuk ia perjuangkan. Ada keluarga kecil yang harus ia bahagiakan, ia tidak boleh menyerah begitu saja hanya karena kehilangan sebelah kakinya. Toh banyak mereka yang kehilangan sebagian anggota tubuhnya dan mereka tetap terus mengerjakan aktivitas seperti biasa yang mereka lakukan.

 

“Istri saya, anak-anak saya, menerima saya apa adanya dengan tulus. Karena ini bukan suatu hal yang memalukan, ini suatu cobaan yang memang harus diikhlaskan.”

----

Sama halnya dengan keluarga Bu Herwani, Seorang Ibu 58 Tahun asal Aceh yang harus diamputasi sebab kaki kanannya yang membusuk. Selama 9 tahun Bu Herwani harus berjuang dengan sakit Diabetesnya, kadar gula sudah sampai 470 mg/dL (normal kadar gula 140mg/dL) sehingga ketika ada luka, lukanya membesar lalu membusuk.

 

“Siang malam ga bisa tidur saya selama 3 bulan, udah ga sanggup lihat kaki sendiri. Satu persatu jari kaki busuk dan putus.” Ungkap Bu Herwani

 

Begitu sabarnya beliau dalam menghadapi cobaan penyakit ini, 5 bulan beliau bertahan dengan kondisi kaki bernanah bercampur darah, tak kuasa ia melihat lukanya tetapi ia tetap berdoa dan selalu beribadah kepada Allah untuk diberikan kekuatan. 5 bulan beliau mempertahankan kakinya untuk tidak diamputasi, tetapi keadaan berkata lain, jari kakinya perlahan putus satu persatu sehingga beliau sudah pasrah jika memang harus diamputasi. 27 November 2022 beliau dan keluarganya sepakat untuk solusi terbaik agar Bu Herwani tidak merasakan sakit yang berlebih dengan mengamputasi kaki sebelah kanannya.

Ada yang berbeda dengan Bu Herwani dibanding para disabilitas lainnya. Beberapa kali tim mewawancarai belum ada yang menjawab dengan jawaban yang Bu Herwani lontarkan. Mereka sering mengatakan putus asa, tidak ada lagi semangat hidup bahkan keluar kalimat “Saya baik mati saja dari pada harus cacat seperti ini” karena mereka malu dan sulit beraktivitas dan tidak mau dikasihani, tetapi apa jawaban beliau? Beliau mengatakan “Saya sangat bersyukur dengan kondisi yang sekarang, walau harus kehilangan sebelah kaki, baru sekarang saya merasakan tenangnya tidur dan tenangnya jiwa, karena sudah tidak lagi merasakan sakit dan melihat kakinya yang terus membusuk.

Saat ini beliau sudah tenang dengan kakinya yang tidak membusuk lagi, tetapi beliau merasa sedih tidak bisa lagi merasakan nikmatnya berjalan.

---

Cerita lain yang sama sedang berjuang dengan keterbatasan kakinya yang sudah tidak ada karena penyakit ganas keterpaksaan yang harus di amputasi kakinya.

Menjadi tulang punggung keluarga adalah sosok peran penuh bagi Kang Cephi,Sosok laki-laki berumur 33 tahun selalu menahan rasa sakit ketika tumor di kakinya di bersihkan.

semuanya berawal dari benjolan kecil yang ada di kaki kang cephi yang sudah di obati namun , benjolan itu semakin meluas dan melebar selama 7 bulan lamanya karena tidak bisa meninggalkan aktifitas nya.

awalnya kang cephi di rawat dan di bantu oleh ayah nya ,namun kang cephi mendapatkan peristiwa buruk harus rela dan ikhlas kehilangan sosok ayahnya,selama 3 bulan penuh kang cephi berjuang seorang diri, beliau hidup bersama sang nenek yang sudah berumur 90 tahun.

dokter mengatakan "jangan telat berobat jika telat harus dari awal lagi dan jika tumor nya semakin melebar kaki kang cephi harus siap di amputasi".

3 bulan berlalu kang chevi sudah tidak bisa berjalan karena, tumor di kaki nya semakin melebar dan selalu sakit serta linu jika bergerak walaupun sedikit saja, namun Alloh SWT punya cerita lain yang mengharuskan kaki kang cepi harus di amputasi. Kang cepi sangat mengeluhkan yang tidak ada pilihan lain selain harus di amputasi, kang cepi tetap semangat dan tidak pernah putus asa dan mungkin ini jalan yang terbaik yang alloh berikan kepada kang cepi.

 

Bu Herwani, Pak Suwarna dan kang cepi adalah salah satu contoh yang mengalami kondisi seperti ini. Tidak hanya Bu Herwani, Pak Suwarna dan kang cepi saja. Kementerian Ketenagakerkerjaan RI memperkirakan ada sebanyak 16,5 juta orang penyandang disabilitas, yang terdiri dari 7,6 juta laki-laki dan 8,9 juta perempuan.

Dengan ini harusnya kita sadar untuk mensyukuri nikmat yang telah di beri oleh Allah SWT. Oleh karena itu semoga kisah inspiratif Pak Suwarna, Bu Herwani dan kang cepi dapat menggerakkan hati para Donatur dan Para Orang Baik yang mau membantu dan memberikan sebagian rezekinya untuk Kaki Palsu Pak Suwarna dan yang lainnya yang sedang berjuang dengan kehilangan kakinya.

Maukah kamu menyisihkan sedikit rezeki untuk memberikan harapan hidup untuk Pak Suwarna, Bu Herwani, kang cepi dan lainnya yang menderita kehilangan kakinya? Jika kamu setuju, kamu bisa memberikan doa, dukungan, dan bantuan donasi terbaikmu, dengan cara:

1.      Klik tombol “Donasi sekarang!”.

2.      Masukkan Nominal Donasi.

3. Pilih metode pembayaran (Dompet Kebaikan/GO-PAY/DANA/Shopee Pay/LinkAja/Jenius Pay/BCA/BNI/BNI Syariah/BRI/Mandiri/Mandiri Syariah/Kartu Kredit).

4.      Dapatkan laporan melalui email.

 


Jumlah yang telah dicairkan : Rp. 340.246


Pencairan Donasi

Rp. 340.246

Bank Account: 010*********560
Bank Account Name: Sahabat Amal Peduli Sesama Tasikmalaya


Harapan #TemanPeduli
Fundraiser
Gabung
Kamu juga bisa bantu:
@toastr_render