“Sedih sekali rasanya, kenapa harus anak saya yang sakit ga tega ngeliat anak saya sakit biar sakit nya di pindahkan ke saya saja” ungkap sang ibu.
Ramadhan yang kini berusia 9 tahun, sejak usia 3 tahun di vonis oleh dokter mengalami kelainan pada jantungnya. Yaitu terdapat kebocoron pada jantung Ramadhan. Hal ini memang lambat di ketahui oleh sang ibu karna sebelumnya sang ibu mengira Ramadhan hanya sakit biasa dan sesak nafas. Setelah berkali kali di rawat di rumah sakit pun pihak rumah sakit juga tidak memberikan keterangan pasti tentang penyakit Ramadhan saat itu. Dan saat usia 2 tahun Ketika Ramadhan di Rawat di Rumah sakit dokter menemukan ternyata ada kebocoran pada jantung Ramadhan.
Kabar tersebut membuat sang ibu merasa sangat sedih dan terpukul dengan kenyataan yang harus ia terima bahwa anak laki-lakinya ternyata memiliki kelainan jantung.
Karna sakit yang dideritanya, Ramadhan jarang sekolah sebab kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Saat yang lainnya sedang melakukan kegiatan sekolah sehari hari, seperti upacara dan olahraga Ramadhan hanya bisa duduk termenung didalam kelas dikarenakan kondisi badan yang lemas akibat penyakit yang dideritanya. Ramadhan mudah Lelah dan terkadang juga sering mengalami sesak nafas.
“pengobatan Ramadhan sering tertunda karna saya ga punya uang untuk nebus obat-obatannya” ungkap sang ibu.
Saat ini Ramadhan hanya mengandalkan obat Pereda sakit, saat jantungnya mulai kambuh hanya obat itu yang di andalkan sebagai pertolongan pertama. Karna taka da biaya ibu Ramadhan tidak bisa membawa Ramadhan untuk Tindakan yang lebih lanjut.
“pernah suatu saat saat kue jualan saya banyak yan tidak laku, tapi saya harus membawa Ramadhan ke dokter karna dia sesak. Sampai di rumah sakit saya harus menebus obat dengan harga 70ribu sedangkan waktu itu saya hanya punya uang 35ribu. Sedih sekali rasanya ga bisa nebus obat anak akhirnya saya pulang dulu kerumah untuk meminjam uang kepada tetangga agar obat tersebut bisa di tebus” ungkap sang ibu.
Ibu Ramadhan hanya berjuang sendirian, sebagai orangtua tunggal sang ibu harus berusaha untuk kesembuhan anaknya. ibu sehari-harinya berjualan kue yang biasa sang ibu titipkan di warung warung dekat rumah. Tak besar pendapatan yang di dapatkan sehari jika seluruh kue laku ibu hanya mendapatkan uang sebesar Rp.35.000 saja. Tentu jumlah ini sangat jauh dari kata cukup. Selain untuk membeli kebutuhan rumah uang 35 ribu itu juga harus disisihkan untuk pengobatan Ramadhan.
“biasanya sebelum ke rumah sakit kalo lagi ga ada uang, apa yang ada di rumah yang bisa di jual saya jual bu untuk pegangan kalo nanti ada obat yang harus di tebus” ungkap sang ibu
Dibalik himpitan ekonomi, besar harapan sang ibu agar anaknya bisa sembuh, dapat bermain seperti anak-anak yang lain dan sekolah dengan lancer
“saya hanya bisa berdoa dan berharap semoga ada keajaiban anak saya bisa sembuh”
dari target Rp 92.000.000
“Sedih sekali rasanya, kenapa harus anak saya yang sakit ga tega ngeliat anak saya sakit biar sakit nya di pindahkan ke saya saja” ungkap sang ibu.
Ramadhan yang kini berusia 9 tahun, sejak usia 3 tahun di vonis oleh dokter mengalami kelainan pada jantungnya. Yaitu terdapat kebocoron pada jantung Ramadhan. Hal ini memang lambat di ketahui oleh sang ibu karna sebelumnya sang ibu mengira Ramadhan hanya sakit biasa dan sesak nafas. Setelah berkali kali di rawat di rumah sakit pun pihak rumah sakit juga tidak memberikan keterangan pasti tentang penyakit Ramadhan saat itu. Dan saat usia 2 tahun Ketika Ramadhan di Rawat di Rumah sakit dokter menemukan ternyata ada kebocoran pada jantung Ramadhan.
Kabar tersebut membuat sang ibu merasa sangat sedih dan terpukul dengan kenyataan yang harus ia terima bahwa anak laki-lakinya ternyata memiliki kelainan jantung.
Karna sakit yang dideritanya, Ramadhan jarang sekolah sebab kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Saat yang lainnya sedang melakukan kegiatan sekolah sehari hari, seperti upacara dan olahraga Ramadhan hanya bisa duduk termenung didalam kelas dikarenakan kondisi badan yang lemas akibat penyakit yang dideritanya. Ramadhan mudah Lelah dan terkadang juga sering mengalami sesak nafas.
“pengobatan Ramadhan sering tertunda karna saya ga punya uang untuk nebus obat-obatannya” ungkap sang ibu.
Saat ini Ramadhan hanya mengandalkan obat Pereda sakit, saat jantungnya mulai kambuh hanya obat itu yang di andalkan sebagai pertolongan pertama. Karna taka da biaya ibu Ramadhan tidak bisa membawa Ramadhan untuk Tindakan yang lebih lanjut.
“pernah suatu saat saat kue jualan saya banyak yan tidak laku, tapi saya harus membawa Ramadhan ke dokter karna dia sesak. Sampai di rumah sakit saya harus menebus obat dengan harga 70ribu sedangkan waktu itu saya hanya punya uang 35ribu. Sedih sekali rasanya ga bisa nebus obat anak akhirnya saya pulang dulu kerumah untuk meminjam uang kepada tetangga agar obat tersebut bisa di tebus” ungkap sang ibu.
Ibu Ramadhan hanya berjuang sendirian, sebagai orangtua tunggal sang ibu harus berusaha untuk kesembuhan anaknya. ibu sehari-harinya berjualan kue yang biasa sang ibu titipkan di warung warung dekat rumah. Tak besar pendapatan yang di dapatkan sehari jika seluruh kue laku ibu hanya mendapatkan uang sebesar Rp.35.000 saja. Tentu jumlah ini sangat jauh dari kata cukup. Selain untuk membeli kebutuhan rumah uang 35 ribu itu juga harus disisihkan untuk pengobatan Ramadhan.
“biasanya sebelum ke rumah sakit kalo lagi ga ada uang, apa yang ada di rumah yang bisa di jual saya jual bu untuk pegangan kalo nanti ada obat yang harus di tebus” ungkap sang ibu
Dibalik himpitan ekonomi, besar harapan sang ibu agar anaknya bisa sembuh, dapat bermain seperti anak-anak yang lain dan sekolah dengan lancer
“saya hanya bisa berdoa dan berharap semoga ada keajaiban anak saya bisa sembuh”
Bagikan tautan ke media sosial