Cahyo, remaja berusia 16 tahun hanya bisa terbaring di atas kasur tipis yang sudah usang. Tubuhnya lemah, ia tidak bisa berjalan, berbicara, atau mengurus dirinya sendiri. Di usianya yang seharusnya penuh semangat, Cahyo justru menghabiskan waktu dengan berguling ke sana kemari untuk mengusir rasa jenuh.
Sejak usia lima tahun, Cahyo ditinggalkan oleh kedua orang tuanya tanpa kabar. Kini, satu-satunya yang merawatnya adalah Mbah Waryanah, neneknya yang sudah lanjut usia. Di tengah kondisi fisiknya yang kian menua, Mbah Waryanah tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk cucunya.
Cahyo tidak bisa berjalan, berbicara, atau mengurus dirinya sendiri. Untuk makan dan minum, ia harus disuapi. Untuk buang air, ia bergantung pada pampers yang harus diganti setiap hari. Namun, keterbatasan ekonomi membuat mereka kesulitan. Dengan penghasilan sekitar Rp15.000 - Rp20.000 per hari dari jualan rempeyek, Mbah Waryanah harus memilih: membeli makanan atau membeli pampers. Sering kali, Cahyo hanya makan nasi dengan sambal dan kecap.
Mbah Waryanah sudah renta, dengan tangannya yang cedera cintanya begitu besar. Meski tenaganya semakin melemah, ia tetap berusaha melakukan yang terbaik untuk Cahyo. Setiap pagi, ia harus meninggalkan Cahyo sendirian di rumah untuk berjualan rempeyek demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, Cahyo hanya bisa terbaring menunggu Mbah Waryanah pulang.
Cahyo dan Mbah Waryanah membutuhkan bantuan untuk:
Asupan gizi yang lebih baik
Pampers yang cukup untuk sehari-hari
Perawatan medis dan pendampingan kesehatan Dek Cahyo dan Mbah Waryanah
Kebutuhan dasar lainnya agar Cahyo bisa hidup lebih layak
Cahyo dan Simbah tidak meminta banyak. Mereka hanya ingin bertahan hidup dengan lebih baik. Maukah kita hadir untuk mereka?
Sahabat dapat memberikan dukungan terbaiknya dengan cara:
- Klik "Donasi Sekarang"
- Masukkan nominal donasi
- Pilih metode pembayaran dan lakukan pembayaran
- Dapatkan laporan melalui email atau nomor telepon
Baitulmaal Muamalat
Cahyo, remaja berusia 16 tahun hanya bisa terbaring di atas kasur tipis yang sudah usang. Tubuhnya lemah, ia tidak bisa berjalan, berbicara, atau mengurus dirinya sendiri. Di usianya yang seharusnya penuh semangat, Cahyo justru menghabiskan waktu dengan berguling ke sana kemari untuk mengusir rasa jenuh.
Sejak usia lima tahun, Cahyo ditinggalkan oleh kedua orang tuanya tanpa kabar. Kini, satu-satunya yang merawatnya adalah Mbah Waryanah, neneknya yang sudah lanjut usia. Di tengah kondisi fisiknya yang kian menua, Mbah Waryanah tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk cucunya.
Cahyo tidak bisa berjalan, berbicara, atau mengurus dirinya sendiri. Untuk makan dan minum, ia harus disuapi. Untuk buang air, ia bergantung pada pampers yang harus diganti setiap hari. Namun, keterbatasan ekonomi membuat mereka kesulitan. Dengan penghasilan sekitar Rp15.000 - Rp20.000 per hari dari jualan rempeyek, Mbah Waryanah harus memilih: membeli makanan atau membeli pampers. Sering kali, Cahyo hanya makan nasi dengan sambal dan kecap.
Mbah Waryanah sudah renta, dengan tangannya yang cedera cintanya begitu besar. Meski tenaganya semakin melemah, ia tetap berusaha melakukan yang terbaik untuk Cahyo. Setiap pagi, ia harus meninggalkan Cahyo sendirian di rumah untuk berjualan rempeyek demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, Cahyo hanya bisa terbaring menunggu Mbah Waryanah pulang.
Cahyo dan Mbah Waryanah membutuhkan bantuan untuk:
Asupan gizi yang lebih baik
Pampers yang cukup untuk sehari-hari
Perawatan medis dan pendampingan kesehatan Dek Cahyo dan Mbah Waryanah
Kebutuhan dasar lainnya agar Cahyo bisa hidup lebih layak
Cahyo dan Simbah tidak meminta banyak. Mereka hanya ingin bertahan hidup dengan lebih baik. Maukah kita hadir untuk mereka?
Sahabat dapat memberikan dukungan terbaiknya dengan cara:
- Klik "Donasi Sekarang"
- Masukkan nominal donasi
- Pilih metode pembayaran dan lakukan pembayaran
- Dapatkan laporan melalui email atau nomor telepon
Baitulmaal Muamalat
Bagikan tautan ke media sosial