Pernah kami nggak punya beras untuk kasih makan anak-anak, sampai harus jual satu-satunya perhiasan istri untuk bisa beli beras buat anak-anak” Ujar Pak Asep pemilik Panti Yatim Hikayat.
Tak sampai disitu, karena ruangan hanya 5x8 Meter dan itu tak sanggup mengakomodir kebutuhan akan 75 anak tinggal di dalamnya.
Maka ketika waktu tidur tiba, saling menghimpit dan panas dirasakan oleh para yatim-piatu di tempat itu.
Tepatnya di kampung babakan Jolok Desa Giriawas kecamatan Cikajang Kab. Garut.
Panti Asuhan yang didirikan oleh Pak Asep (48), terletak di Kampung Babakan Jolok, Desa Giriawas, Kecamatan Cikajang Kab. Garut.
Ditengah keterbatasan ekonomi, beliau yang berprofesi hanya sebagai buruh tani dengan penghasilan 30 ribu perhari, tetap semangat memberi penghidupan tuk mereka.
“Senyum anak-anak selalu menjadi pelipur rasa lelah,” ujar Pak Asep.
Namun dibalik itu semua, Pak Asep harus mati-matian berjuang dengan rekan sejawat untuk menghidupi anak-anak.
Kondisi bangunan panti yang sederhana itu masih belum punya donator yang siap untuk memberikan bangunan yang lebih baik dari panti ini.
Setiap hari Pak Asep dan 2 temannya mengandalkan dari penghasilan buruh tani yang tidak seberapa. Untuk menutupi kekurangan bahan makanan.
Bahkan anak-anak panti turut serta memungut barang bekas dari warga untuk di jual, dan uangnya untuk makan bersama-sama di sana.
Tak jarang anak-anak hanya bisa makan mie instan semangkok rame-rame. Pernah suatu hari Pak Asep tidak mempunyai uang untuk makan anak-anak dan rongsokan pun belum ada yg laku di jual.
Pak Asep dengan terpaksa menjual perhiasan istrinya itupun satu satunya perhiasan yang dipunya. Apapun yang dilakukannya agar anak anak disini bisa makan dan mengaji.
dari target Rp 50.000.000
Pernah kami nggak punya beras untuk kasih makan anak-anak, sampai harus jual satu-satunya perhiasan istri untuk bisa beli beras buat anak-anak” Ujar Pak Asep pemilik Panti Yatim Hikayat.
Tak sampai disitu, karena ruangan hanya 5x8 Meter dan itu tak sanggup mengakomodir kebutuhan akan 75 anak tinggal di dalamnya.
Maka ketika waktu tidur tiba, saling menghimpit dan panas dirasakan oleh para yatim-piatu di tempat itu.
Tepatnya di kampung babakan Jolok Desa Giriawas kecamatan Cikajang Kab. Garut.
Panti Asuhan yang didirikan oleh Pak Asep (48), terletak di Kampung Babakan Jolok, Desa Giriawas, Kecamatan Cikajang Kab. Garut.
Ditengah keterbatasan ekonomi, beliau yang berprofesi hanya sebagai buruh tani dengan penghasilan 30 ribu perhari, tetap semangat memberi penghidupan tuk mereka.
“Senyum anak-anak selalu menjadi pelipur rasa lelah,” ujar Pak Asep.
Namun dibalik itu semua, Pak Asep harus mati-matian berjuang dengan rekan sejawat untuk menghidupi anak-anak.
Kondisi bangunan panti yang sederhana itu masih belum punya donator yang siap untuk memberikan bangunan yang lebih baik dari panti ini.
Setiap hari Pak Asep dan 2 temannya mengandalkan dari penghasilan buruh tani yang tidak seberapa. Untuk menutupi kekurangan bahan makanan.
Bahkan anak-anak panti turut serta memungut barang bekas dari warga untuk di jual, dan uangnya untuk makan bersama-sama di sana.
Tak jarang anak-anak hanya bisa makan mie instan semangkok rame-rame. Pernah suatu hari Pak Asep tidak mempunyai uang untuk makan anak-anak dan rongsokan pun belum ada yg laku di jual.
Pak Asep dengan terpaksa menjual perhiasan istrinya itupun satu satunya perhiasan yang dipunya. Apapun yang dilakukannya agar anak anak disini bisa makan dan mengaji.
Bagikan tautan ke media sosial