Sudah hampir 3 Tahun Yulia Anggraeni (11th) berjuang menahan rasa sakit yang tak berkesudahan karena penyakit bersarang di gusi yang dideritanya. Yulia adalah putri cantik dari pasangan Cecep Supriyadi (41th) dan Jenab (34th) Ia dan kedua orangtuanya tinggal di rumah yang sangat sederhana di daerah Kp Cicadas RT.005/009 Desa Cigadog, Kecamatan Cikelet, Kab Garut.
Mulanya, pada usia 9 tahun Yulia mengalami sariawan, tapi sariawan Yulia tidak kunjung sembuh ditambah mulutnya menjadi bau dan sakit di mulutnyapun tidak seperti biasanya. Baru selang beberapa hari pipi Yulia pun menjadi membengkak hingga besarnya melebihi besar bola tenis.
Saat itu orang tua Yulia Langsung membawanya RSUD Pamengpeuk Garut, tapi RSUD menyarankan harus segera di rujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung karna sakit yang di deritanya merupakan penyakit ganas. Lalu Yulia pun di rujuk ke RSHS Bandung, Kanker Ganas Yang Berbahaya Menyerang Gusi Yulia. Inilah penyakit yang dokter voniskan setelah diketahui dari hasil CT-Scan pada waktu itu. Ia tidak mengira, nyeri yang dirasakannya tiap waktu di mulutnya itu, ternyata awal mula dari perkembangan ganasnya kanker yang bersarang di gusinya. Yulia sudah melakukan pengobatan selama 2 tahun di Bandung, dimulai dari melakukan sinar, kemoterapi hingga operasi pertama sehingga Yulia harus rela kehilangan giginya dan itupun masih belum maksimal.
Dokter mengatakan, untuk kesembuhan Yulia ia harus Melakukan Perwatan dan Pengobatan setiap minggunya di RS Hasan Sadikin Bandung, karena jika dibiarkan atau sedikit telat untuk pengobatan maka benjolan yang ada di mulutnya akan kembali membesar. Ketika Yulia kesakitan tidak jarang ia harus berteriak dan menangis menahan rasa sakit yang di deritanya. Ketika obat yang diberikan oleh dokter habis, Yulia hanya membersihkan mulutnya dengan menggunakan cairan infus saja.
Sehari-hari Yulia berada dalam perawatan Ibunya, sementara sang Ayah banting tulang berusaha mengumpulkan pundi-pundi rupiah diperantauan sebagai pedagang batagor di Kota Bogor. Penghasilannya rata-rata 850rb per bulan, jelas tak bisa memenuhi biaya pengobatan Yulia yang mencapai hingga puluhan juta rupiah, untuk makan saja kadang mereka kekurangan.
Bayangkan, dengan penghasilan sebagai pedagang Batagor di kota orang yang hanya mencapai 850rb perbulan, Pak Cecep harus bisa mengobati putrinya itu. Saat ini perawatan dan pengobatan Yulia harus terhenti karena tidak ada biaya lagi. Belum lagi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mereka kebingungan dari mana lagi bisa mencari biaya pengobatan anaknya. Sementara mereka bersal dari Garut selatan sedangkan pengobatan Yulia hanya bisa dilakukan di RS Hasan Sadikin Bandung setiap minggunya.
Tak Cuma biaya pengobatan dan perawatan diluar BPJS saja yang harus ditanggung dengan jumlah tidak sedikit namun Biaya transportasi yang jaraknya lebih dari 90KM (Pamempeuk-Bandung) dan Operasional menjadi petimbangan bagi keluarga Yulia. Semuanya tidak murah bagi mereka.
Selain itu, dokter menyarankan nutrisi Yulia harus tetap terjaga karena untuk melakukan kemoterapi, HB nya tidak boleh rendah, maka dari itu dokter menyarankan agar Yulia diberi nutrisi yang cukup. Seperti diberikan susu, madu, buah-buahan atau vitamin lainnya ini masih belum terlaksana karena keterbatasan ekonomi Pak Cecep yang tidak mampu membelinya.
Disamping pengobatan yang seharusnya berjalan, Yulia juga harus tetap sekolah. Kini Yulia duduk dibangku kelas 5 SD, yulia terkadang hanya masuk 3-4 hari saja, Alhamdulillah Guru di sekolahnya sangat mengerti akan kondisi Yulia. Dengan keadaan seperti itu Yulia tidak minder untuk bersekolah, karena teman-teman di sekolahnya sangat support Yulia. Tidak sampai disitu saja perjuangan Yulia, karena ketika berangkat sekolah Yulia harus menyebrang sungai terlebih dahulu karena akses dari rumah Yulia menuju Sekolahnya belum ada jembatan. Jadi ketika air sungai meluap Yulia harus jalan 3 kali lebih jauh dari biasanya.
“Yulia Ingin Sembuh Kak, Yulia ingin meraih cita-cita dan membahagiakan mamah bapa”(ujar Yulia dengan Penuh Harap)
Proses kesembuhan Yulia masih sangat panjang. Yulia juga harus rutin berobat setiap minggunya dengan jarak perjalanan lebih dari 90KM. Orangtua Yulia masih membutuhkan lebih banyak uluran tangan untuk memenuhi target biaya pengobatan Anak tercintanya yang masih panjang.
Sahabat, siapa yang tidak meringis dan seakan turut merasakan sakit melihat kondisi Gadis Kecil yang gigih bercita-cita mulia, hidup dengan memprihatinkan ini?
Yuk, berdonasi demi kesembuhan adik ini dan berikan masa depan lebih cerah untuk Yulia dengan berdonasi dengan cara:
1. Klik Tombol "Infak Sekarang"
2. Masukkan Nominal Infak Sahabat
3. Masukkan Data yang Diminta oleh Sistem
4. Lakukan Transfer ke Rekening Bank yang Sahabat Pilih
Selain itu, Sahabat juga bisa mengajak keluarga, teman, dan sahabat lainnya untuk membantu dengan cara share link ini via WhatsApp dan Facebook. InsyaAllah setiap kebaikan dari ajakan kita, maka Sabahat pun akan mendapatkan pahalanya.
Terima kasih kami ucapkan, doa dan dukungan Sahabat sangatlah berarti.
dari target Rp 100.000.000
Sudah hampir 3 Tahun Yulia Anggraeni (11th) berjuang menahan rasa sakit yang tak berkesudahan karena penyakit bersarang di gusi yang dideritanya. Yulia adalah putri cantik dari pasangan Cecep Supriyadi (41th) dan Jenab (34th) Ia dan kedua orangtuanya tinggal di rumah yang sangat sederhana di daerah Kp Cicadas RT.005/009 Desa Cigadog, Kecamatan Cikelet, Kab Garut.
Mulanya, pada usia 9 tahun Yulia mengalami sariawan, tapi sariawan Yulia tidak kunjung sembuh ditambah mulutnya menjadi bau dan sakit di mulutnyapun tidak seperti biasanya. Baru selang beberapa hari pipi Yulia pun menjadi membengkak hingga besarnya melebihi besar bola tenis.
Saat itu orang tua Yulia Langsung membawanya RSUD Pamengpeuk Garut, tapi RSUD menyarankan harus segera di rujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung karna sakit yang di deritanya merupakan penyakit ganas. Lalu Yulia pun di rujuk ke RSHS Bandung, Kanker Ganas Yang Berbahaya Menyerang Gusi Yulia. Inilah penyakit yang dokter voniskan setelah diketahui dari hasil CT-Scan pada waktu itu. Ia tidak mengira, nyeri yang dirasakannya tiap waktu di mulutnya itu, ternyata awal mula dari perkembangan ganasnya kanker yang bersarang di gusinya. Yulia sudah melakukan pengobatan selama 2 tahun di Bandung, dimulai dari melakukan sinar, kemoterapi hingga operasi pertama sehingga Yulia harus rela kehilangan giginya dan itupun masih belum maksimal.
Dokter mengatakan, untuk kesembuhan Yulia ia harus Melakukan Perwatan dan Pengobatan setiap minggunya di RS Hasan Sadikin Bandung, karena jika dibiarkan atau sedikit telat untuk pengobatan maka benjolan yang ada di mulutnya akan kembali membesar. Ketika Yulia kesakitan tidak jarang ia harus berteriak dan menangis menahan rasa sakit yang di deritanya. Ketika obat yang diberikan oleh dokter habis, Yulia hanya membersihkan mulutnya dengan menggunakan cairan infus saja.
Sehari-hari Yulia berada dalam perawatan Ibunya, sementara sang Ayah banting tulang berusaha mengumpulkan pundi-pundi rupiah diperantauan sebagai pedagang batagor di Kota Bogor. Penghasilannya rata-rata 850rb per bulan, jelas tak bisa memenuhi biaya pengobatan Yulia yang mencapai hingga puluhan juta rupiah, untuk makan saja kadang mereka kekurangan.
Bayangkan, dengan penghasilan sebagai pedagang Batagor di kota orang yang hanya mencapai 850rb perbulan, Pak Cecep harus bisa mengobati putrinya itu. Saat ini perawatan dan pengobatan Yulia harus terhenti karena tidak ada biaya lagi. Belum lagi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mereka kebingungan dari mana lagi bisa mencari biaya pengobatan anaknya. Sementara mereka bersal dari Garut selatan sedangkan pengobatan Yulia hanya bisa dilakukan di RS Hasan Sadikin Bandung setiap minggunya.
Tak Cuma biaya pengobatan dan perawatan diluar BPJS saja yang harus ditanggung dengan jumlah tidak sedikit namun Biaya transportasi yang jaraknya lebih dari 90KM (Pamempeuk-Bandung) dan Operasional menjadi petimbangan bagi keluarga Yulia. Semuanya tidak murah bagi mereka.
Selain itu, dokter menyarankan nutrisi Yulia harus tetap terjaga karena untuk melakukan kemoterapi, HB nya tidak boleh rendah, maka dari itu dokter menyarankan agar Yulia diberi nutrisi yang cukup. Seperti diberikan susu, madu, buah-buahan atau vitamin lainnya ini masih belum terlaksana karena keterbatasan ekonomi Pak Cecep yang tidak mampu membelinya.
Disamping pengobatan yang seharusnya berjalan, Yulia juga harus tetap sekolah. Kini Yulia duduk dibangku kelas 5 SD, yulia terkadang hanya masuk 3-4 hari saja, Alhamdulillah Guru di sekolahnya sangat mengerti akan kondisi Yulia. Dengan keadaan seperti itu Yulia tidak minder untuk bersekolah, karena teman-teman di sekolahnya sangat support Yulia. Tidak sampai disitu saja perjuangan Yulia, karena ketika berangkat sekolah Yulia harus menyebrang sungai terlebih dahulu karena akses dari rumah Yulia menuju Sekolahnya belum ada jembatan. Jadi ketika air sungai meluap Yulia harus jalan 3 kali lebih jauh dari biasanya.
“Yulia Ingin Sembuh Kak, Yulia ingin meraih cita-cita dan membahagiakan mamah bapa”(ujar Yulia dengan Penuh Harap)
Proses kesembuhan Yulia masih sangat panjang. Yulia juga harus rutin berobat setiap minggunya dengan jarak perjalanan lebih dari 90KM. Orangtua Yulia masih membutuhkan lebih banyak uluran tangan untuk memenuhi target biaya pengobatan Anak tercintanya yang masih panjang.
Sahabat, siapa yang tidak meringis dan seakan turut merasakan sakit melihat kondisi Gadis Kecil yang gigih bercita-cita mulia, hidup dengan memprihatinkan ini?
Yuk, berdonasi demi kesembuhan adik ini dan berikan masa depan lebih cerah untuk Yulia dengan berdonasi dengan cara:
1. Klik Tombol "Infak Sekarang"
2. Masukkan Nominal Infak Sahabat
3. Masukkan Data yang Diminta oleh Sistem
4. Lakukan Transfer ke Rekening Bank yang Sahabat Pilih
Selain itu, Sahabat juga bisa mengajak keluarga, teman, dan sahabat lainnya untuk membantu dengan cara share link ini via WhatsApp dan Facebook. InsyaAllah setiap kebaikan dari ajakan kita, maka Sabahat pun akan mendapatkan pahalanya.
Terima kasih kami ucapkan, doa dan dukungan Sahabat sangatlah berarti.
Bagikan tautan ke media sosial