Assalamualaikum Wr. Wb.
Sahabat Dermawan di sudut kecil sebuah rumah sederhana, hidup seorang ibu luar biasa bernama Ibu Kumyati (46 tahun) bersama putri semata wayangnya, Uswatun (24 tahun).
Selama 22 tahun, Ibu Kumyati merawat Uswatun seorang diri tanpa
pasangan, tanpa saudara, tanpa siapapun yang membantu keseharian mereka.
Saat berusia 2 tahun, Uswatun mengalami lumpuh layu (Acute Flaccid Paralysis/AFP), sebuah kondisi langka yang menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelemahan serta kelumpuhan pada anggota tubuh.
Namun bagi Ibu Kumyati, mencintai
putrinya adalah kekuatan terbesarnya.
Setiap hari beliau bangun pagi untuk
menyiapkan kebutuhan Uswatun. Setelah itu, beliau berjalan ke rumah-rumah
sekitar sebagai tukang cuci gosok demi memenuhi kebutuhan makan dan obat
Uswatun. Siang hari, beliau pulang sebentar untuk menyuapi putrinya, lalu kembali
bekerja hingga sore. Meski berat, beliau tetap menjalaninya—tanpa keluhan, tanpa mengeluh lelah.
Hanya cinta yang menjadi bahan bakarnya.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Sahabat Dermawan di sudut kecil sebuah rumah sederhana, hidup seorang ibu luar biasa bernama Ibu Kumyati (46 tahun) bersama putri semata wayangnya, Uswatun (24 tahun).
Selama 22 tahun, Ibu Kumyati merawat Uswatun seorang diri tanpa
pasangan, tanpa saudara, tanpa siapapun yang membantu keseharian mereka.
Saat berusia 2 tahun, Uswatun mengalami lumpuh layu (Acute Flaccid Paralysis/AFP), sebuah kondisi langka yang menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelemahan serta kelumpuhan pada anggota tubuh.
Namun bagi Ibu Kumyati, mencintai
putrinya adalah kekuatan terbesarnya.
Setiap hari beliau bangun pagi untuk
menyiapkan kebutuhan Uswatun. Setelah itu, beliau berjalan ke rumah-rumah
sekitar sebagai tukang cuci gosok demi memenuhi kebutuhan makan dan obat
Uswatun. Siang hari, beliau pulang sebentar untuk menyuapi putrinya, lalu kembali
bekerja hingga sore. Meski berat, beliau tetap menjalaninya—tanpa keluhan, tanpa mengeluh lelah.
Hanya cinta yang menjadi bahan bakarnya.
Bagikan tautan ke media sosial