Namaku Susilawati (14), Aku lahir di Garut tepatnya di daerah Maroko, Kecamatan Cibalong. Kini aku sekolah di Pesantren Al-Kamil Islamic Boarding School kelas 2 SMP.
Sedikit bercerita, aku tinggal bersama kakek dan nenek. Ayahku sudah meninggal sejak aku masih kecil dan ibuku tinggal di Pontianak.
Terhitung 9 tahun yang lalu aku menatap wajah ibu sudah sangat lama sekali aku tidak bertemu dengannya, ibuku menitipkan pesan untuk tetap berkomunikasi melalui tetanggaku yang memiliki telepon untuk menghubunginya.
Kakekku seorang petani dan nenekku seorang penjual masakan pelengkap nasi, aku selalu membantu nenek ku untuk berjualan keliling kampung. Meskipun terkadang nenek memutuskan untuk tidak berjualan karena melihat kondisiku yang kurang baik,
“Sudah tidak usah berjualan dulu istirahat saja” ungkap nenekku.
Karena perjalanan yang kutempuh berliku-liku, jalanan yang cukup terjal dengan penerangan seadanya membuatku terjatuh, kakiku sering terasa sakit dan pegal. Ketika aku tidak pergi berjualan, kami tidak mendapat pendapatan apapun. Kecuali saat kakek sedang dalam masa panen.
Meski pendapatannya tidak seberapa dan harus membayar tanah sewaan.
Setiap jam 2 pagi, nenek mengolah bahan-bahan masakan yang akan dijual dengan bahan seadanya yang dibeli di warung tetangga. Karena jarak tempuh ke pasar sangatlah jauh.
Tapi nenek tetap semangat meski harus masak sepagi itu karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kami. Kira-kira selepas sholat shubuh aku pergi berjualan keliling kampung. Tidak terlalu jauh hanya sekitar 2 sampai 3 kampung tetangga saja, karena sekitar jam setengah 7 aku harus bersiap-siap untuk sekolah.
Belum lagi jarak rumah dan sekolahku yang sangat jauh. Ketika aku sekolah, nenek ku kembali memasak untuk aku berjualan selepas pulang sekolah. Banyak sekali pelajaran yang bisa aku ambil dari pengalaman ku selama aku tinggal bersama nenek dan kakek.
Meski terkadang daganganku tidak semuanya habis, nenek sering membagikannya kepada tetangga sekitar rumah. Walaupun rugi, tak apa disini aku belajar tentang arti berbagi. Kami yakin akan datang pertolongan Allah bagi siapapun yang terus berdoa dan berusaha.
Begitulah ceritaku di kampung halaman, sejak kelas 4 SD aku memutuskan untuk tinggal di Mizan Amanah. Awalnya aku bertemu dengan Abi Hendra yang merupakan salah satu tetanggaku. Beliau mengajakku ke Mizan Amanah.
Pada awalnya aku berat hati untuk meninggalkan nenek di kampung halaman karena kondisinya sakit-sakitan, namun aku ingin mengubah kehidupan nenek dan kakek ku. Jika Fokus menggali ilmu aku yakin di kemudian hari dapat membantu kakek dan nenek agar dapat menikmati masa tuanya.
Alhamdulillah, aku sudah hafal 3 juz Al-Qur’an. Kedepannya aku akan terus tambah hapalan supaya bisa memberikan mahkota kepada kedua orang tua kelak di syurga nanti. Banyak ilmu yang bisa aku dapatkan disini, Abi dan Umi selalu mengajarkan kami banyak hal dengan ilmu yang sangat bermanfaat.
Ketika dewasa nanti aku ingin menjadi ustadzah yang bisa menyebarkan kebaikan dan mengingatkan orang lain untuk selalu berada di jalan Allah SWT.
Sahabat Dermawan ini adalah cerita Susi, salah satu santri binaan Mizan Amanah. Mari bantu raih cita-citanya kelak di kemudian hari. Selain Susi masih banyak santri lain yang membutuhkan uluran tangan baik kita semua.
Namaku Susilawati (14), Aku lahir di Garut tepatnya di daerah Maroko, Kecamatan Cibalong. Kini aku sekolah di Pesantren Al-Kamil Islamic Boarding School kelas 2 SMP.
Sedikit bercerita, aku tinggal bersama kakek dan nenek. Ayahku sudah meninggal sejak aku masih kecil dan ibuku tinggal di Pontianak.
Terhitung 9 tahun yang lalu aku menatap wajah ibu sudah sangat lama sekali aku tidak bertemu dengannya, ibuku menitipkan pesan untuk tetap berkomunikasi melalui tetanggaku yang memiliki telepon untuk menghubunginya.
Kakekku seorang petani dan nenekku seorang penjual masakan pelengkap nasi, aku selalu membantu nenek ku untuk berjualan keliling kampung. Meskipun terkadang nenek memutuskan untuk tidak berjualan karena melihat kondisiku yang kurang baik,
“Sudah tidak usah berjualan dulu istirahat saja” ungkap nenekku.
Karena perjalanan yang kutempuh berliku-liku, jalanan yang cukup terjal dengan penerangan seadanya membuatku terjatuh, kakiku sering terasa sakit dan pegal. Ketika aku tidak pergi berjualan, kami tidak mendapat pendapatan apapun. Kecuali saat kakek sedang dalam masa panen.
Meski pendapatannya tidak seberapa dan harus membayar tanah sewaan.
Setiap jam 2 pagi, nenek mengolah bahan-bahan masakan yang akan dijual dengan bahan seadanya yang dibeli di warung tetangga. Karena jarak tempuh ke pasar sangatlah jauh.
Tapi nenek tetap semangat meski harus masak sepagi itu karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kami. Kira-kira selepas sholat shubuh aku pergi berjualan keliling kampung. Tidak terlalu jauh hanya sekitar 2 sampai 3 kampung tetangga saja, karena sekitar jam setengah 7 aku harus bersiap-siap untuk sekolah.
Belum lagi jarak rumah dan sekolahku yang sangat jauh. Ketika aku sekolah, nenek ku kembali memasak untuk aku berjualan selepas pulang sekolah. Banyak sekali pelajaran yang bisa aku ambil dari pengalaman ku selama aku tinggal bersama nenek dan kakek.
Meski terkadang daganganku tidak semuanya habis, nenek sering membagikannya kepada tetangga sekitar rumah. Walaupun rugi, tak apa disini aku belajar tentang arti berbagi. Kami yakin akan datang pertolongan Allah bagi siapapun yang terus berdoa dan berusaha.
Begitulah ceritaku di kampung halaman, sejak kelas 4 SD aku memutuskan untuk tinggal di Mizan Amanah. Awalnya aku bertemu dengan Abi Hendra yang merupakan salah satu tetanggaku. Beliau mengajakku ke Mizan Amanah.
Pada awalnya aku berat hati untuk meninggalkan nenek di kampung halaman karena kondisinya sakit-sakitan, namun aku ingin mengubah kehidupan nenek dan kakek ku. Jika Fokus menggali ilmu aku yakin di kemudian hari dapat membantu kakek dan nenek agar dapat menikmati masa tuanya.
Alhamdulillah, aku sudah hafal 3 juz Al-Qur’an. Kedepannya aku akan terus tambah hapalan supaya bisa memberikan mahkota kepada kedua orang tua kelak di syurga nanti. Banyak ilmu yang bisa aku dapatkan disini, Abi dan Umi selalu mengajarkan kami banyak hal dengan ilmu yang sangat bermanfaat.
Ketika dewasa nanti aku ingin menjadi ustadzah yang bisa menyebarkan kebaikan dan mengingatkan orang lain untuk selalu berada di jalan Allah SWT.
Sahabat Dermawan ini adalah cerita Susi, salah satu santri binaan Mizan Amanah. Mari bantu raih cita-citanya kelak di kemudian hari. Selain Susi masih banyak santri lain yang membutuhkan uluran tangan baik kita semua.
Bagikan tautan ke media sosial