Usia dini namun sudah kerja melebihi orang dewasa, Ramdan (13) bukannya tak mau habiskan waktunya di sekolah bermain dan belajar! Namun keadaan ekonomi desak dirinya tuk memulung dengan upah setara nasi 1 bungkus dalam sehari bekerja!
Ramdan seorang anak yatim pemulung yang berjuang mencari nafkah, usianya baru menginjak 13 tahun tapi harus merasakan pahitnya hidup, masa masa bermainya ia tinggalkan karena harus ikut bekerja mencari barang bekas untuk menyambung hidup.
Setiap hari Ramdan harus membagi waktu antara sekolah dan bekerja. Jarak dari rumah kesekolah sangat jauh yaitu 6 KM ia berangkat jam 5 pagi agar tidak kesiangan masuk kelas. Ia tempuh dengan jalan kaki.
Sepulang sekolah ramdan langsung mengambil karung dan bergegas mencari barang bekas dari kampung kekampung dengan jarak 3-5 KM, setiap hari ia lakuka hal itu, demi membantu ibu .
Seusai berkeliling, ia langsung menjual barang bekas ke pengepul dengan harga 2 ribu perkilo, dalam sehari ia hanya mampu mengumpulkan 2-3 kilo dan itu hanya cukup untuk membeli beras 1 Contang atau setara / ¼ kilogram.
Tak jarang ia harus pulang dengan tangan hampa, dan jika ia tidak dapat barang bekas, sehingga ia dan ibunya tidak bisa makan nasi. Untuk mengganjal perut ia hanya makan talas atau labu siam yang direbus. Tempat tinggal mereka hanya berukuran 2 x 3 meter itu menjadi saksi perjuangan Ramdan dan ibunya.
Sepintas terlihat tidak seperti rumah melainkan gubuk yang sudah reyot dan tidak layak huni yang dipenuhi oleh barang barang bekas yang tidak terjual. Atapnya sudah bocor, dinding rumahnya pun terbuat dari irisan bambu yang sudah pada bolong, yang lebih menghawatuirkan lagi lantainya langsung ke tanah.
Meskipun keadaanya seperti itu, ia tetap semangat untuk bersekolah, baju seragam yang ia kenakan hasil pemberian dari tetangga, buku yang ia pakai hanya satu utuk beberapa Pelajaran, Sepatupun hanya memakai sepatu bekas yang sudah jebol dan tidak layak pakai.
Sering kali Ramdan di ejek , dibui bahkan di jauhi oleh teman- temanya karena seorang anak pemulung, dan ibunya yang mengalami sedikit ganguan jiwa.
#Orangbaik kisah Ramdan begitu menyayat hati, tidakkah kita yang diberi lebih daripadanya, tergerak hati tuk membantu? Bantuan sekecil apapun bagi Ramdan dan ibunya akan sangat berhenti guna sambung hidup.
Mari beri kehidupan layak pada 2 pemulung bernasib kurang beruntung, sedekah dengan cara:
Jazakallahu Khairan,
Salam Mukti Foundation
Usia dini namun sudah kerja melebihi orang dewasa, Ramdan (13) bukannya tak mau habiskan waktunya di sekolah bermain dan belajar! Namun keadaan ekonomi desak dirinya tuk memulung dengan upah setara nasi 1 bungkus dalam sehari bekerja!
Ramdan seorang anak yatim pemulung yang berjuang mencari nafkah, usianya baru menginjak 13 tahun tapi harus merasakan pahitnya hidup, masa masa bermainya ia tinggalkan karena harus ikut bekerja mencari barang bekas untuk menyambung hidup.
Setiap hari Ramdan harus membagi waktu antara sekolah dan bekerja. Jarak dari rumah kesekolah sangat jauh yaitu 6 KM ia berangkat jam 5 pagi agar tidak kesiangan masuk kelas. Ia tempuh dengan jalan kaki.
Sepulang sekolah ramdan langsung mengambil karung dan bergegas mencari barang bekas dari kampung kekampung dengan jarak 3-5 KM, setiap hari ia lakuka hal itu, demi membantu ibu .
Seusai berkeliling, ia langsung menjual barang bekas ke pengepul dengan harga 2 ribu perkilo, dalam sehari ia hanya mampu mengumpulkan 2-3 kilo dan itu hanya cukup untuk membeli beras 1 Contang atau setara / ¼ kilogram.
Tak jarang ia harus pulang dengan tangan hampa, dan jika ia tidak dapat barang bekas, sehingga ia dan ibunya tidak bisa makan nasi. Untuk mengganjal perut ia hanya makan talas atau labu siam yang direbus. Tempat tinggal mereka hanya berukuran 2 x 3 meter itu menjadi saksi perjuangan Ramdan dan ibunya.
Sepintas terlihat tidak seperti rumah melainkan gubuk yang sudah reyot dan tidak layak huni yang dipenuhi oleh barang barang bekas yang tidak terjual. Atapnya sudah bocor, dinding rumahnya pun terbuat dari irisan bambu yang sudah pada bolong, yang lebih menghawatuirkan lagi lantainya langsung ke tanah.
Meskipun keadaanya seperti itu, ia tetap semangat untuk bersekolah, baju seragam yang ia kenakan hasil pemberian dari tetangga, buku yang ia pakai hanya satu utuk beberapa Pelajaran, Sepatupun hanya memakai sepatu bekas yang sudah jebol dan tidak layak pakai.
Sering kali Ramdan di ejek , dibui bahkan di jauhi oleh teman- temanya karena seorang anak pemulung, dan ibunya yang mengalami sedikit ganguan jiwa.
#Orangbaik kisah Ramdan begitu menyayat hati, tidakkah kita yang diberi lebih daripadanya, tergerak hati tuk membantu? Bantuan sekecil apapun bagi Ramdan dan ibunya akan sangat berhenti guna sambung hidup.
Mari beri kehidupan layak pada 2 pemulung bernasib kurang beruntung, sedekah dengan cara:
Jazakallahu Khairan,
Salam Mukti Foundation
Bagikan tautan ke media sosial