“Nggak mau, kalo gini Dini mati aja” jerit hati gadis kecil yang dovonis amputasi karena kanker tulang. Dini Pandini (15 Tahun) sudah kehilangan sebelah kakinya dan harus menjalani kemo terapi demi mencegah penjalaran kanker yang ia derita.
Berawal dari bengkak karena terjatuh di kamar mandi, Dini hanya diurut seadanya dan tetap menjalani rutinitasnya sekolah dan bermain. namun bengkaknya tak kunjung hilang bahkan Dini kerap merasa sakit yang teramat, barulah sang ayah memberanikan diri memeriksakan Dini ke dokter berbekal upahnya meladang hari itu. Nahas Dini di vonis kangker tulang oleh dokter dan terpaksa harus melakukan amputasi agar kanker tidak menjalar.
(foto sebelum diamputasi)
Kanker yang diderita Dini termasuk kanker ganas dan sangat berpotensi menyebar merenggut bagian tubuh lain bahkan nyawa Dini.
Tak pernah menyangka musibah yang menimpanya dapat mengancam nyawa, bagai petir menyambar disiang bolong, sang ayah yang berprofesi sebagai buruh tani termenung membayangkan besarnya biaya berobat Dini.
Ayah Dini yang berprofesi sebagai buruh tani mendapat upah yang jauh dari besar dan tidak menentu, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sedangkan ibunya hanya Ibu Rumah Tangga biasa.
“Buat makan aja pas-pasan sekarang harus berobat rutin, ongkosnya gimana? tapi saya pingin anak saya sembuh.” Ujar sang ayah
Besar harapan keluarga agar dik Dini dapat kembali sembuh dan ceria seperti sediakala. hanya saja faktor biaya kembali meredupkan semangat Dini dan keluarga untuk sekedar berharap sembuh.
Sahabat berbagi, setiap sumbangan yang Anda berikan, sekecil apapun, akan sangat berarti dalam perjuangan Dini untuk kembali sehat dan ceria. Jangan biarkan Dini kehilangan harapan.
“Nggak mau, kalo gini Dini mati aja” jerit hati gadis kecil yang dovonis amputasi karena kanker tulang. Dini Pandini (15 Tahun) sudah kehilangan sebelah kakinya dan harus menjalani kemo terapi demi mencegah penjalaran kanker yang ia derita.
Berawal dari bengkak karena terjatuh di kamar mandi, Dini hanya diurut seadanya dan tetap menjalani rutinitasnya sekolah dan bermain. namun bengkaknya tak kunjung hilang bahkan Dini kerap merasa sakit yang teramat, barulah sang ayah memberanikan diri memeriksakan Dini ke dokter berbekal upahnya meladang hari itu. Nahas Dini di vonis kangker tulang oleh dokter dan terpaksa harus melakukan amputasi agar kanker tidak menjalar.
(foto sebelum diamputasi)
Kanker yang diderita Dini termasuk kanker ganas dan sangat berpotensi menyebar merenggut bagian tubuh lain bahkan nyawa Dini.
Tak pernah menyangka musibah yang menimpanya dapat mengancam nyawa, bagai petir menyambar disiang bolong, sang ayah yang berprofesi sebagai buruh tani termenung membayangkan besarnya biaya berobat Dini.
Ayah Dini yang berprofesi sebagai buruh tani mendapat upah yang jauh dari besar dan tidak menentu, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sedangkan ibunya hanya Ibu Rumah Tangga biasa.
“Buat makan aja pas-pasan sekarang harus berobat rutin, ongkosnya gimana? tapi saya pingin anak saya sembuh.” Ujar sang ayah
Besar harapan keluarga agar dik Dini dapat kembali sembuh dan ceria seperti sediakala. hanya saja faktor biaya kembali meredupkan semangat Dini dan keluarga untuk sekedar berharap sembuh.
Sahabat berbagi, setiap sumbangan yang Anda berikan, sekecil apapun, akan sangat berarti dalam perjuangan Dini untuk kembali sehat dan ceria. Jangan biarkan Dini kehilangan harapan.
Bagikan tautan ke media sosial