Perkenalkan Ibu hebat ini Namanya, Titin Kartini(57th). Sudah sejak 2 tahun yang lalu ia divonis dokter sakit kanker rahim.
Mulanya dua tahun lalu, Ibu Titin sudah merasakan rasa sakit-sakit pada bagian perut bawahnya. Rasa sakitnya semakin parah Hingga akhirnya diperiksakan dan hasilnya ada tumor di Rahim di tubuhnya.
Selama penyakitnya belum diangkat, selama itu juga Bu Titin akan terus merasa kesakitan hingga alami pendarahan. Saat penyakitnya sudah kumat parah, Bu Titin hanya bisa mengerang kesakitan, sementara sang putra dan sang suami hanya bisa memerhatikan sekaligus memberi dukungan.
Yang merawatnya selama ini adalah suami dan anak bungsunya meski putra bungsunya masih duduk di bangku SMK, anak itu sudah bisa diandalkan. Selain tetap rajin bersekolah, ia juga menyempatkan diri menjadi mengurus Ibunya di saat suaminya sedang bekerja demi sesuap nasi.
Sebelum sakit, Bu Titin bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga di Tetangga Sekitar. Setelah penyakitnya semakin parah dan membuat tubuhnya jauh lebih kurus sekaligus hanya bisa terkulai lemas, Bu Titin hanya bisa mengharap uluran tangan dari tetangga dan orang-orang berhati mulia.
Sang putra, biasanya bantu-bantu tambah penghasilan dengan bangun lebih pagi sebelum ia bersekolah. Subuh-subuh ia pergi ke pasar untuk menjadi buruh panggul. Setelah selesai sekolah, ia akan membantu pekerjaan rumah dan merawat ibunya yang lagi sakit.
Sementara Penghasilan kerja buruh serabutan Pak Abdul Karim (Suami Bu Titin) ini tidak seberapa. Kalo sedang ada, paling-paling hanya Rp. 30 ribu. Kadang dibayar dengan Nasi Bungkus, tak jarang tak ada sepeser uang pun yang bisa dibawanya pulang.
Saat ini suami dan anaknya tidak lagi bekerja karena harus mendampingi Bu Titin Berobat ke Bandung. Kondisi tumor rahim semakin hari semakin parah. Ia butuh pengobatan segera, jika tidak nyawanya bisa tidak tertolong. Namun, biaya untuk pengobatannya ini sampai puluhan juta.
Meskipun ia memiliki BPJS dan sedikit dibantu, namun ada beberapa obat diluar BPJS, seperti untuk obat-obatan herbal dan pengobatan pascaoperasi. Selain itu ongkos untuk pergi ke tempat berobat dari tempat tinggal di wilayah Kp.Ciaripin,Rt.001, Rw.008, Desa Munjul,Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi yang memakan waktu 6 jam untuk jarak ke RS Hasan Sadikin Bandung.
Karena itu saat dirawat di rumah sakit lamanya bisa sampai 6 bulan. Tidak ada ongkos bolak-balik membuat Bu Titin dan keluarga harus mencari rumah singgah. Maka dari itu Bu Titin dan keluarga juga kesulitan biaya operasional Anak dan Suaminya yang menemani selama berobat. Selama ini hanya mengandalkan pemberian anak-anaknya yang lain di kampung yang kondisi ekonominya serba kekurangan kekurangan.
Jika tidak segera diobati dengan baik, penyakitnya akan terus parah dan saat kambuh ia sampai tidak bisa menjertit kesakitan, hingga tak bisa bernapas.
Sahabat, uluran tangan Sahabat akan sangat berharga untuk Bu Titin dan Keluarga, mari kembalikan senyum Bu Titin dengan membantu kesembuhannya yang masih sangat panjang, agar bisa memiliki masa depan lebih cerah bersama suami dan putranya yang berbakti.
dari target Rp 50.000.000
Perkenalkan Ibu hebat ini Namanya, Titin Kartini(57th). Sudah sejak 2 tahun yang lalu ia divonis dokter sakit kanker rahim.
Mulanya dua tahun lalu, Ibu Titin sudah merasakan rasa sakit-sakit pada bagian perut bawahnya. Rasa sakitnya semakin parah Hingga akhirnya diperiksakan dan hasilnya ada tumor di Rahim di tubuhnya.
Selama penyakitnya belum diangkat, selama itu juga Bu Titin akan terus merasa kesakitan hingga alami pendarahan. Saat penyakitnya sudah kumat parah, Bu Titin hanya bisa mengerang kesakitan, sementara sang putra dan sang suami hanya bisa memerhatikan sekaligus memberi dukungan.
Yang merawatnya selama ini adalah suami dan anak bungsunya meski putra bungsunya masih duduk di bangku SMK, anak itu sudah bisa diandalkan. Selain tetap rajin bersekolah, ia juga menyempatkan diri menjadi mengurus Ibunya di saat suaminya sedang bekerja demi sesuap nasi.
Sebelum sakit, Bu Titin bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga di Tetangga Sekitar. Setelah penyakitnya semakin parah dan membuat tubuhnya jauh lebih kurus sekaligus hanya bisa terkulai lemas, Bu Titin hanya bisa mengharap uluran tangan dari tetangga dan orang-orang berhati mulia.
Sang putra, biasanya bantu-bantu tambah penghasilan dengan bangun lebih pagi sebelum ia bersekolah. Subuh-subuh ia pergi ke pasar untuk menjadi buruh panggul. Setelah selesai sekolah, ia akan membantu pekerjaan rumah dan merawat ibunya yang lagi sakit.
Sementara Penghasilan kerja buruh serabutan Pak Abdul Karim (Suami Bu Titin) ini tidak seberapa. Kalo sedang ada, paling-paling hanya Rp. 30 ribu. Kadang dibayar dengan Nasi Bungkus, tak jarang tak ada sepeser uang pun yang bisa dibawanya pulang.
Saat ini suami dan anaknya tidak lagi bekerja karena harus mendampingi Bu Titin Berobat ke Bandung. Kondisi tumor rahim semakin hari semakin parah. Ia butuh pengobatan segera, jika tidak nyawanya bisa tidak tertolong. Namun, biaya untuk pengobatannya ini sampai puluhan juta.
Meskipun ia memiliki BPJS dan sedikit dibantu, namun ada beberapa obat diluar BPJS, seperti untuk obat-obatan herbal dan pengobatan pascaoperasi. Selain itu ongkos untuk pergi ke tempat berobat dari tempat tinggal di wilayah Kp.Ciaripin,Rt.001, Rw.008, Desa Munjul,Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi yang memakan waktu 6 jam untuk jarak ke RS Hasan Sadikin Bandung.
Karena itu saat dirawat di rumah sakit lamanya bisa sampai 6 bulan. Tidak ada ongkos bolak-balik membuat Bu Titin dan keluarga harus mencari rumah singgah. Maka dari itu Bu Titin dan keluarga juga kesulitan biaya operasional Anak dan Suaminya yang menemani selama berobat. Selama ini hanya mengandalkan pemberian anak-anaknya yang lain di kampung yang kondisi ekonominya serba kekurangan kekurangan.
Jika tidak segera diobati dengan baik, penyakitnya akan terus parah dan saat kambuh ia sampai tidak bisa menjertit kesakitan, hingga tak bisa bernapas.
Sahabat, uluran tangan Sahabat akan sangat berharga untuk Bu Titin dan Keluarga, mari kembalikan senyum Bu Titin dengan membantu kesembuhannya yang masih sangat panjang, agar bisa memiliki masa depan lebih cerah bersama suami dan putranya yang berbakti.
Bagikan tautan ke media sosial