“Sedih banget saat Bapak nyuekin Saya… Padahal dulu waktu Ibu masih ada, Bapak tu suka becanda dan sering manjain Saya, malah sering gendongin sekar. Tapi sekarang semenjak Ibu meninggal Bapak jadi pendiem sering menyendiri, bahkan Bapak sampai sekarang tidak tau perkembangan penyakit kanker Usus besar saya Pak…. Sekar sekarang ngerasa sendiri ngadepin penyakit ini…” Kenang Sekar sambil menangis.
Sudah kurang lebih 3 tahun Pak Awang (68 tahun) mengacuhkan Sekar, padahal saat ini anaknya tersebut sedang berjuang keras melawan penyakit Kanker Usus besar yang sudah masuk stadium akhri (stadium 4), bahkan Pak Awang yang merupakan orang tua dari Sekar tidak pernah mengetahui seberapa parah penyakit Anaknya tersebut, terakhir Beliau mengetahui saat awal-awal gejala penyakit Kankernya sekar berupa pendarahan di Anus saja.
“ Setiap kali Sekar sudah pulang Kemo dari Bandung, Bapak tidak pernah nanyain bagaimana hasil kemonya atau nanyain bagaimana kondisi sekar, dan setiap kali Sekar mencoba berkomunikasi ma Bapak, Bapak hanya menangis tidak pernah ngomong Pak… Sekar bingung! ” ungkap Sekar.
Berawal di tahun 2018 yang lalu, selama 4 bulan Anusnya Sekar sering keluar darah tanpa sebab, sehingga Ia merasa kesakitan dan tidak nyaman, kemudian Ia ditemani Almarhum Ibunya pergi kedokter untuk memeriksakan, setelah dilakukan pemeriksaan kata Dokter itu wasir, sampai ditahun 2019 anusnya tersebut masih keluar darah padahal sudah beberapa klinik Ia datangi serta sudah berbagai obat medis dan herbal Ia komsumsi namun tetap Anusnya terasa sakit, perih dan keluar darah.
Kemudian di tahun 2020 Ia mencoba memeriksakan kembali ke Dokter, namun saat itu Ia di temani salah seorang Kakanya karena 8 bulan sebelumnya Ibunda tercinta meninggal, yang disebabkan penyakit jantung. Dan setelah dilakukan pemeriksaan kembali Sekar di diagnosa TB Usus namun diagnosa tersebut Dokter masih ragu, hingga Dokter merujuknya ke RSUD Bunut di Sukabumi untuk dilakukan pemeriksaan Kolonoskopi yakni pemeriksaan untuk mengetahui luka, iritasi, polip atau kanker pada usus besar dan rektum, yaitu bagian paling bawah usus besar yang terhubung ke anus. Sampai pertama kalinya setelah dilakukan pemeriksaan Kalonoskopi Sekar di Vonis penyakit Procolats c Coloretal (Kanker Usus Besar) stadium 4 oleh Dokter.
Sehingga Dokter menyarankan agar Sekar segera melakukan operasi pembuangan Usus besar yang sudah rusak karena terkena kanker tersebut, sebab kalau tidak segera dilakukan Operasi tersebut, dipastikan Ia tidak akan bisa Buang Air besar selamanya, begitupun dampak dari Operasi itu akan mengakibatkan anus Sekar tidak bisa digunakan lagi selamanya, sehingga untuk pembuangan kotorannya (Buang air besar) dipindahkan ke pinggir perut sebelah kiri dengan membuat lubang anus baru. Kondisi ini benar-benar membuat Sekar merasa sangat berat menerimanya terlebih Ia harus Buang air besar melalui perutnya untuk seumur hidup.
Padahal baru 8 bulan yang lalu Ia harus menerima kenyataan kalau Ibunda tercintanya meninggal karena penyakit jantung, ditambah tak lama kemudian Ia juga harus menerima kenyataan pahit kala divonis Kanker usus besar yang sudah menginjak stadium akhir (stadium 4),
“ Ibu meninggal karena sakit jantung Pak, Padahal paginya Ibu masih berobat ke dokter, tapi pas malamnya Ibu meninggal,,, ini membuat Sekar terpukul banget! “ cerita Sekar.
Saat ini Sekar benar-benar merasa berjuang sendiri tanpa dukungan Orangtua dalam melawan Kanker usus besar yang menggrogoti tubuhnya setelah sepeninggalan Ibunda tercintanya, padahal waktu Ibunya masih hidup justru Ibunyalah yang merawat Sekar.
Hampir 6 bulan dari sepeninggal Ibunya, Sekar lebih banyak berdiam diri di kamar sambil menangis karena pikirannya sudah begitu frustasi, hal ini membuat Sekar sudah tidak memperdulikan lagi penyakitnya tersebut, sampai akhirnya Ia dikuatkan oleh kaka-kakanya agar Ia mau memerikasakan lagi sakitnya tersebut kedokter tapi Sekar tetap menolaknya.
Hingga suatu waktu saat Sekar mau mengambil air minum, Ia melihat Ayahnya sedang duduk melamun seorang diri sambil terisak-isak, seketika Sekar pun teringat ucapan mendiang Ibunya yang 2 hari sebelum meninggal Beliau berkata,
“ Kar… periksain lagi ke Dokter sakitnya, gak mungkin kalau kamu gak apa-apa tapi keluar darah terus pantatnya, pasti ada sesuatu..” ucap sekar dalam menirukan ucapan almarhum Ibunya.
Akhirnya Sekar pun mau memeriksakan lagi penyakitnya tersebut dan bertekad untuk tidak menyerah terhadap penyakitnya itu, dengan bersedia melakukan Operasi pembuangan Usus besar dan pemasangan Anus buatan meski dampaknya akan Ia rasakan seumur hidupnya.
Operasipun telah dilakukan , sehingga saat ini Sekar hanya bisa Buang air besar melalui lubang di perutnya. Setiap seminggu sekali Ia harus rajin mengganti kantong kalostomi, terutama jika setelah Ia buang air besar setiap 3 hari sekali, lubang tersebut harus Ia bersihkan dengan dibantu oleh kakak perempuanya, jika tidak rajin dibersihkan khawatir akan mengeluarkan bau yang tak sedap atau lubang buatan tersebut mengeluarkan nanah karena terkena infeksi yang pernah Ia alami sebelumnya.
“Lubang anus buatan ini sebenarnya yang kedua pak, lubang pertama dibuat di perut sebelah kiri bawah namun gak bertahan lama karena terjadi infeksi sehingga bernanah dan buang air besarnya menjadi terhambat, lalu dokter melakukan operasi lagi untuk pembuatan lubang anus yang kedua ini…” ucap Sekar.
Setelah dilakukan Operasi pembuangan Usus besar dan operasi pemasangan anus buatan sebanyak 2x, kemudian Dokter rumah sakit rujukan yang berada di Bandung pun menyarankan kalau kondisi Sekar memungkinan, agar segera dilakukan operasi pengangkatan kankernya sebab kalau tidak segera dilakukan operasi di khawatirkan Kankernya akan menjalar lebih luas lagi keseluruh tubuhnya sehingga hal ini bisa membahayakan nyawa Sekar, namun tentunya dengan biaya yang tidak sedikit, biaya operasi tersebut bisa mencapai ratusan juta sehingga kemungkinan biayanya tidak bias di cover sepenuhnya oleh BPJS, hal ini yang menambah bingung Sekar karena ketiadaan Biayanya.
Namun karena ketiadaan Biaya operasi, saat ini Sekar diwajibkan untuk melakukan 16x Kemoterapi di RSUP. Hasan Sadikin Bandung sebagai langkah untuk menekan agar sel Kanker tersebut tidak cepat menjalar dan saat ini baru berjalan 3x kemoterapi, dengan jadwal 2 minggu sekali melakukan kemoterapinya.
Dua kali dalam seminggu Sekar harus bolak balik Sukabumi – Bandung menggunakan angkutan umum dengan diantar oleh 2 kakak perempuanya secara bergantian untuk melakukan Kemoterapi, hal ini Ia lakukan agar bisa memperkecil biaya akomodasi yang begitu besar, Pernyataan : Informasi dan opini yang tertulis di halaman penggalangan dana ini adalah milik penggalang dana dan tidak mewakili AyoBantu. Jika ada masalah atau kecurigaan Laporkan Campaign Ini
dari target Rp 45.000.000
“Sedih banget saat Bapak nyuekin Saya… Padahal dulu waktu Ibu masih ada, Bapak tu suka becanda dan sering manjain Saya, malah sering gendongin sekar. Tapi sekarang semenjak Ibu meninggal Bapak jadi pendiem sering menyendiri, bahkan Bapak sampai sekarang tidak tau perkembangan penyakit kanker Usus besar saya Pak…. Sekar sekarang ngerasa sendiri ngadepin penyakit ini…” Kenang Sekar sambil menangis.
Sudah kurang lebih 3 tahun Pak Awang (68 tahun) mengacuhkan Sekar, padahal saat ini anaknya tersebut sedang berjuang keras melawan penyakit Kanker Usus besar yang sudah masuk stadium akhri (stadium 4), bahkan Pak Awang yang merupakan orang tua dari Sekar tidak pernah mengetahui seberapa parah penyakit Anaknya tersebut, terakhir Beliau mengetahui saat awal-awal gejala penyakit Kankernya sekar berupa pendarahan di Anus saja.
“ Setiap kali Sekar sudah pulang Kemo dari Bandung, Bapak tidak pernah nanyain bagaimana hasil kemonya atau nanyain bagaimana kondisi sekar, dan setiap kali Sekar mencoba berkomunikasi ma Bapak, Bapak hanya menangis tidak pernah ngomong Pak… Sekar bingung! ” ungkap Sekar.
Berawal di tahun 2018 yang lalu, selama 4 bulan Anusnya Sekar sering keluar darah tanpa sebab, sehingga Ia merasa kesakitan dan tidak nyaman, kemudian Ia ditemani Almarhum Ibunya pergi kedokter untuk memeriksakan, setelah dilakukan pemeriksaan kata Dokter itu wasir, sampai ditahun 2019 anusnya tersebut masih keluar darah padahal sudah beberapa klinik Ia datangi serta sudah berbagai obat medis dan herbal Ia komsumsi namun tetap Anusnya terasa sakit, perih dan keluar darah.
Kemudian di tahun 2020 Ia mencoba memeriksakan kembali ke Dokter, namun saat itu Ia di temani salah seorang Kakanya karena 8 bulan sebelumnya Ibunda tercinta meninggal, yang disebabkan penyakit jantung. Dan setelah dilakukan pemeriksaan kembali Sekar di diagnosa TB Usus namun diagnosa tersebut Dokter masih ragu, hingga Dokter merujuknya ke RSUD Bunut di Sukabumi untuk dilakukan pemeriksaan Kolonoskopi yakni pemeriksaan untuk mengetahui luka, iritasi, polip atau kanker pada usus besar dan rektum, yaitu bagian paling bawah usus besar yang terhubung ke anus. Sampai pertama kalinya setelah dilakukan pemeriksaan Kalonoskopi Sekar di Vonis penyakit Procolats c Coloretal (Kanker Usus Besar) stadium 4 oleh Dokter.
Sehingga Dokter menyarankan agar Sekar segera melakukan operasi pembuangan Usus besar yang sudah rusak karena terkena kanker tersebut, sebab kalau tidak segera dilakukan Operasi tersebut, dipastikan Ia tidak akan bisa Buang Air besar selamanya, begitupun dampak dari Operasi itu akan mengakibatkan anus Sekar tidak bisa digunakan lagi selamanya, sehingga untuk pembuangan kotorannya (Buang air besar) dipindahkan ke pinggir perut sebelah kiri dengan membuat lubang anus baru. Kondisi ini benar-benar membuat Sekar merasa sangat berat menerimanya terlebih Ia harus Buang air besar melalui perutnya untuk seumur hidup.
Padahal baru 8 bulan yang lalu Ia harus menerima kenyataan kalau Ibunda tercintanya meninggal karena penyakit jantung, ditambah tak lama kemudian Ia juga harus menerima kenyataan pahit kala divonis Kanker usus besar yang sudah menginjak stadium akhir (stadium 4),
“ Ibu meninggal karena sakit jantung Pak, Padahal paginya Ibu masih berobat ke dokter, tapi pas malamnya Ibu meninggal,,, ini membuat Sekar terpukul banget! “ cerita Sekar.
Saat ini Sekar benar-benar merasa berjuang sendiri tanpa dukungan Orangtua dalam melawan Kanker usus besar yang menggrogoti tubuhnya setelah sepeninggalan Ibunda tercintanya, padahal waktu Ibunya masih hidup justru Ibunyalah yang merawat Sekar.
Hampir 6 bulan dari sepeninggal Ibunya, Sekar lebih banyak berdiam diri di kamar sambil menangis karena pikirannya sudah begitu frustasi, hal ini membuat Sekar sudah tidak memperdulikan lagi penyakitnya tersebut, sampai akhirnya Ia dikuatkan oleh kaka-kakanya agar Ia mau memerikasakan lagi sakitnya tersebut kedokter tapi Sekar tetap menolaknya.
Hingga suatu waktu saat Sekar mau mengambil air minum, Ia melihat Ayahnya sedang duduk melamun seorang diri sambil terisak-isak, seketika Sekar pun teringat ucapan mendiang Ibunya yang 2 hari sebelum meninggal Beliau berkata,
“ Kar… periksain lagi ke Dokter sakitnya, gak mungkin kalau kamu gak apa-apa tapi keluar darah terus pantatnya, pasti ada sesuatu..” ucap sekar dalam menirukan ucapan almarhum Ibunya.
Akhirnya Sekar pun mau memeriksakan lagi penyakitnya tersebut dan bertekad untuk tidak menyerah terhadap penyakitnya itu, dengan bersedia melakukan Operasi pembuangan Usus besar dan pemasangan Anus buatan meski dampaknya akan Ia rasakan seumur hidupnya.
Operasipun telah dilakukan , sehingga saat ini Sekar hanya bisa Buang air besar melalui lubang di perutnya. Setiap seminggu sekali Ia harus rajin mengganti kantong kalostomi, terutama jika setelah Ia buang air besar setiap 3 hari sekali, lubang tersebut harus Ia bersihkan dengan dibantu oleh kakak perempuanya, jika tidak rajin dibersihkan khawatir akan mengeluarkan bau yang tak sedap atau lubang buatan tersebut mengeluarkan nanah karena terkena infeksi yang pernah Ia alami sebelumnya.
“Lubang anus buatan ini sebenarnya yang kedua pak, lubang pertama dibuat di perut sebelah kiri bawah namun gak bertahan lama karena terjadi infeksi sehingga bernanah dan buang air besarnya menjadi terhambat, lalu dokter melakukan operasi lagi untuk pembuatan lubang anus yang kedua ini…” ucap Sekar.
Setelah dilakukan Operasi pembuangan Usus besar dan operasi pemasangan anus buatan sebanyak 2x, kemudian Dokter rumah sakit rujukan yang berada di Bandung pun menyarankan kalau kondisi Sekar memungkinan, agar segera dilakukan operasi pengangkatan kankernya sebab kalau tidak segera dilakukan operasi di khawatirkan Kankernya akan menjalar lebih luas lagi keseluruh tubuhnya sehingga hal ini bisa membahayakan nyawa Sekar, namun tentunya dengan biaya yang tidak sedikit, biaya operasi tersebut bisa mencapai ratusan juta sehingga kemungkinan biayanya tidak bias di cover sepenuhnya oleh BPJS, hal ini yang menambah bingung Sekar karena ketiadaan Biayanya.
Namun karena ketiadaan Biaya operasi, saat ini Sekar diwajibkan untuk melakukan 16x Kemoterapi di RSUP. Hasan Sadikin Bandung sebagai langkah untuk menekan agar sel Kanker tersebut tidak cepat menjalar dan saat ini baru berjalan 3x kemoterapi, dengan jadwal 2 minggu sekali melakukan kemoterapinya.
Dua kali dalam seminggu Sekar harus bolak balik Sukabumi – Bandung menggunakan angkutan umum dengan diantar oleh 2 kakak perempuanya secara bergantian untuk melakukan Kemoterapi, hal ini Ia lakukan agar bisa memperkecil biaya akomodasi yang begitu besar, Pernyataan : Informasi dan opini yang tertulis di halaman penggalangan dana ini adalah milik penggalang dana dan tidak mewakili AyoBantu. Jika ada masalah atau kecurigaan Laporkan Campaign Ini
Bagikan tautan ke media sosial