Lima puluh tahun lebih warga patedong tak menikmati air bersih. Sejak nenek kakek mereka kondisi ini sudah dijalani, mereka tak tahu persis kapan dimulai, namun pak Wahab pemuka warga dusun patedong berkisah bahwa sejak dia lahir 56 tahun silam kondisi sudah seperti itu. Untuk kebutuhan sehari hari mereka harus berjalan kaki mengambil air berkilo kilo meter, puluhan kilometer bolak balik jauh dari rumah mereka.
212 KK, sekira 500 jiwa lebih masih saja kesulitan air bersih untuk minum sehari hari sampai hari ini, sampai detik ini di zaman serba maju dan modern ini pun mereka masih tercekik dengan minimnya akses pembangunan dan infrastruktur di desa mereka.
Di desa sebotok pulau moyo sebagian besar air sumurnya payau, asin dan tak layak di konsumsi. Hanya beberapa titik di desa itu yang air sumur ya tak payau dan layak minum. Di dua titik, yang satunya berada di dusun patedong dekat rumah pak kades dan satu lagi berada di dusun sebotok di rumah pak hery.
Jarak ke dua titik ini cukup jauh jika warga harus berjalan kaki. Setiap hari warga berjalan kaki memikul cerigen cerigen air mereka ke 2 titik ini mengambil air, ibu ibu lansia, bapak bapak tua dan anak anak kecilpun sering ikut bersama mambantu orang tua mereka. Kondisi ini akan kita lihat setiap hari di pulau moyo desa sebotok.
Hampir semua penduduk desa sebotok pulau moyo berada digaris kemiskinan, bermata pencaharian petani ladang jagung, kelapa dan jambu mete, mereka sebagiannya bukan pemilik ladang, namun buruh tani dan buruh ladang pemetik kelapa dan pengrajin atap daun kelapa. Padi sama sekali tak bisa di tanam di desa sebotok, tak ada sawah karena air desa sebotok hampir seluruhnya payau.
"Tanpa lauk pauk yang cukup kami bisa bertahan berbulan bulan, namun tanpa air minum seharipun kami tak bisa hidup" tegas Ibu Heso.
Di dusun patedong di dekat rumah pak kades, telah di bangun toren dan tower untuk menampung air hasil swadaya warga, namun itu pun tak cukup karena jarak dari sebagian besar pemukiman warga sangat jauh. Sebagian kecil yang menikmati air itu, pipanisasi sangat dibutuhkan. 4000 meter pipanisasi sangat mendesak di desa sebotok pulau moyo ini, dengan adanya pipanisasi itu sangat sangat mambantu warga untuk mendekatkan sumber air ke pemukiman pemukiman padat penduduk warga di desa sebotok pulau moyo.
Ibu heso, seorang ibu rumah tangga dengan 2 anak tak pernah mengeluh meski harus berjalan puluhan kilometer bolak balik berkali kali mengambil air ke sumur pak hery, demi air yang merupakan kebutuhan pokok kelurganya.
#Temanpeduli, sama-sama bantu alirkan air bersih untuk warga pulau moyo yah.
dari target Rp 5.000.000
Lima puluh tahun lebih warga patedong tak menikmati air bersih. Sejak nenek kakek mereka kondisi ini sudah dijalani, mereka tak tahu persis kapan dimulai, namun pak Wahab pemuka warga dusun patedong berkisah bahwa sejak dia lahir 56 tahun silam kondisi sudah seperti itu. Untuk kebutuhan sehari hari mereka harus berjalan kaki mengambil air berkilo kilo meter, puluhan kilometer bolak balik jauh dari rumah mereka.
212 KK, sekira 500 jiwa lebih masih saja kesulitan air bersih untuk minum sehari hari sampai hari ini, sampai detik ini di zaman serba maju dan modern ini pun mereka masih tercekik dengan minimnya akses pembangunan dan infrastruktur di desa mereka.
Di desa sebotok pulau moyo sebagian besar air sumurnya payau, asin dan tak layak di konsumsi. Hanya beberapa titik di desa itu yang air sumur ya tak payau dan layak minum. Di dua titik, yang satunya berada di dusun patedong dekat rumah pak kades dan satu lagi berada di dusun sebotok di rumah pak hery.
Jarak ke dua titik ini cukup jauh jika warga harus berjalan kaki. Setiap hari warga berjalan kaki memikul cerigen cerigen air mereka ke 2 titik ini mengambil air, ibu ibu lansia, bapak bapak tua dan anak anak kecilpun sering ikut bersama mambantu orang tua mereka. Kondisi ini akan kita lihat setiap hari di pulau moyo desa sebotok.
Hampir semua penduduk desa sebotok pulau moyo berada digaris kemiskinan, bermata pencaharian petani ladang jagung, kelapa dan jambu mete, mereka sebagiannya bukan pemilik ladang, namun buruh tani dan buruh ladang pemetik kelapa dan pengrajin atap daun kelapa. Padi sama sekali tak bisa di tanam di desa sebotok, tak ada sawah karena air desa sebotok hampir seluruhnya payau.
"Tanpa lauk pauk yang cukup kami bisa bertahan berbulan bulan, namun tanpa air minum seharipun kami tak bisa hidup" tegas Ibu Heso.
Di dusun patedong di dekat rumah pak kades, telah di bangun toren dan tower untuk menampung air hasil swadaya warga, namun itu pun tak cukup karena jarak dari sebagian besar pemukiman warga sangat jauh. Sebagian kecil yang menikmati air itu, pipanisasi sangat dibutuhkan. 4000 meter pipanisasi sangat mendesak di desa sebotok pulau moyo ini, dengan adanya pipanisasi itu sangat sangat mambantu warga untuk mendekatkan sumber air ke pemukiman pemukiman padat penduduk warga di desa sebotok pulau moyo.
Ibu heso, seorang ibu rumah tangga dengan 2 anak tak pernah mengeluh meski harus berjalan puluhan kilometer bolak balik berkali kali mengambil air ke sumur pak hery, demi air yang merupakan kebutuhan pokok kelurganya.
#Temanpeduli, sama-sama bantu alirkan air bersih untuk warga pulau moyo yah.
Bagikan tautan ke media sosial