Enam Belas tahun silam pasca kecelakaan tragis tulang panggul copot saat sedang bermain,enam tulang belakangnya dan panggul berakhir patah. Menyeretnya pada kelumpuhan total pada kaki
"Sekarang Afi udah gak bisa jalan semenjak tulang belakang dan panggulnya cedera 16 tahun silam.
Kahfi baru berusia 16 tahun. Anak seusianya kini duduk di bangku 3 SMP. Namun, ia tak seberuntung mereka. Pasca kecelakaan tragis 16 tahun silam, masa depan dan kemampuan dirinya seketika luruh. 16 tahun berlalu, Afi tak pernah merasakan rasanya berjalan dengan kaki sendiri. Seringkali kedua tangannya menjadi tumpuan, berganti fungsi gantikan kakinya.
"Akhirnya, sekarang kaki saya yang gantiin kakinya. Kalau mau makan, buang air, saya yang gendong. Tapi kadang saya gak selalu kuat gendong afi,Pernah gendongan saya lepas, hingga afi jatuh berdarah dan muncul benjolan di dahi.” - Ibu Afi
Keadaan terus pelik saat tahu tiap hari berganti, satu per satu kemampuan dirinya terenggut. tulang belakang dan lehernya bengkok. Tiada ia mampu untuk sekedar duduk.
Afi sering membantu ibu nya menjual makaroni yang ia kemas sendiri. Jualan keliling kampung kadang membuat Afi minder dengan teman sebayanya dan sering malu dengan kondisinya saat ini. Tapi Afi tetap semangat dan menjajakan makaroni yang ia jual 1 bungkus 1000 rupiah. Tak banyak yang di bawa Afi setelah berjualan paling 5-10 ribu.
Keinginan Afi begitu sederhana, sesederhana bisa kembali bersekolah dan bermain meskipun harus dengan kursi roda. Sayangnya, keinginan itu belum terwujud lantaran upah dari warung habis untuk kebutuhan sehari-hari.
dari target Rp 100.000.000
Enam Belas tahun silam pasca kecelakaan tragis tulang panggul copot saat sedang bermain,enam tulang belakangnya dan panggul berakhir patah. Menyeretnya pada kelumpuhan total pada kaki
"Sekarang Afi udah gak bisa jalan semenjak tulang belakang dan panggulnya cedera 16 tahun silam.
Kahfi baru berusia 16 tahun. Anak seusianya kini duduk di bangku 3 SMP. Namun, ia tak seberuntung mereka. Pasca kecelakaan tragis 16 tahun silam, masa depan dan kemampuan dirinya seketika luruh. 16 tahun berlalu, Afi tak pernah merasakan rasanya berjalan dengan kaki sendiri. Seringkali kedua tangannya menjadi tumpuan, berganti fungsi gantikan kakinya.
"Akhirnya, sekarang kaki saya yang gantiin kakinya. Kalau mau makan, buang air, saya yang gendong. Tapi kadang saya gak selalu kuat gendong afi,Pernah gendongan saya lepas, hingga afi jatuh berdarah dan muncul benjolan di dahi.” - Ibu Afi
Keadaan terus pelik saat tahu tiap hari berganti, satu per satu kemampuan dirinya terenggut. tulang belakang dan lehernya bengkok. Tiada ia mampu untuk sekedar duduk.
Afi sering membantu ibu nya menjual makaroni yang ia kemas sendiri. Jualan keliling kampung kadang membuat Afi minder dengan teman sebayanya dan sering malu dengan kondisinya saat ini. Tapi Afi tetap semangat dan menjajakan makaroni yang ia jual 1 bungkus 1000 rupiah. Tak banyak yang di bawa Afi setelah berjualan paling 5-10 ribu.
Keinginan Afi begitu sederhana, sesederhana bisa kembali bersekolah dan bermain meskipun harus dengan kursi roda. Sayangnya, keinginan itu belum terwujud lantaran upah dari warung habis untuk kebutuhan sehari-hari.
Bagikan tautan ke media sosial