Berbagi Sepatu Sekolah Pedalaman

29 December 2022

Kapan terakhir kali Sahabat membeli peralatan sekolah? Bagi kita, sepatu dan tas sekolah adalah hal yang biasa kita pakai dan mudah untuk mendapatkannya. Namun bagi 46 murid di SD Masyeta, Distrik Masyeta, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, kedua barang itu merupakan sebuah kemewahan. Hanya kalangan tertentu saja yang punya, misalkan anak kepala desa. Akhirnya, mereka terpaksa bertelanjang kaki tanpa alas apapun ketika pergi ke sekolah.

7e521ef7-527b-407e-b12a-93ac2b102ffd.jpg

 

Sehari-hari, mereka menggunakan seragam sekolah untuk belajar dan pergi ke kebun atau bermain. Akses pendidikan dan informasi masih sangat terbatas di sana karena sekolah mereka berada di atas pegunungan. Tidak seperti kita yang mudah sekali mengakses internet, anak-anak di Distrik Masyeta ini bak hidup di dalam dunia yang berbeda.

Pukul 7 pagi waktu setempat, murid-murid sudah berjajar di teras sekolah menunggu guru. Udara dingin dan basah embun hutan tropis pagi hari tidak menyurutkan semangat mereka untuk sekolah. Di bangunan kayu ini mereka belajar membaca, menulis, berhitung, menyanyi, bahkan belajar untuk berani bermimpi.

Dengan hanya 3 ruang kelas dan dua orang guru, mereka harus rela berbagi waktu. Kelas 1 sampai 3 masuk pagi dan kelas 4 sampai 6 masuk siang. Dari 46 murid yang terdaftar, seringnya hanya setengahnya saja yang berangkat ke sekolah. Karena anak-anak ikut orang tua ke hutan untuk cari kayu atau berkebun.

8e99b251-7c4d-402b-8851-f3652938f1fa.jpg

Kalau sudah siang, tidak jarang terdengar celotehan semacam “Bu guru, sekarang jam berapa? Saya sudah sangat lapar,”. Ternyata, anak-anak ini berangkat sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu, karena tidak ada makanan. Mama mereka baru akan pergi ke kebun ketika anak-anak berangkat sekolah.

“Dalila, ko kalau su besar mau jadi apa?” tanya salah seorang guru kepada salah satu murid. Dengan malu-malu dia menjawab “Jadi bu guru”. Cita-cita mereka tidak jauh-jauh dari tentara, polisi, guru, dan perawat. Semata-mata mereka ingin terus bersekolah agar terhindar dari jurang putus sekolah dan menggapai impiannya.

Dalam keterbatasan kondisi yang mereka hadapi, semangat belajar anak-anak SD Masyeta ini tak pernah padam. Sudah sepatutnya kita yang dianugerahi rezeki lebih, bisa berbagi dengan mereka.

Mari Sahabat, kita gerakkan jiwa kemanusiaan kita agar anak-anak SD Masyeta bisa menuntut ilmu dengan baik di sekolahnya, dengan cara Donasi Sekarang.


Belum ada update
Dana terkumpul

Rp 110.000

dari target ∞ tidak terbatas

 
  • 2
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Campaign telah berakhir/selesai
RELAWAN NUSANTARA
Donasi
Ayobantu Indonesia
AyoBantu Galang Dana

Jadi fundraiser untuk campaign ini

Gabung

Berbagi Sepatu Sekolah Pedalaman Pendidikan

Dana terkumpul

Rp 110.000

 
Target: Rp ∞ tidak terbatas
  • 2
    Donasi
  • 0
    Bagikan
  • 0
    hari lagi
Selesai
Campaign telah berakhir/selesai
29 December 2022

Kapan terakhir kali Sahabat membeli peralatan sekolah? Bagi kita, sepatu dan tas sekolah adalah hal yang biasa kita pakai dan mudah untuk mendapatkannya. Namun bagi 46 murid di SD Masyeta, Distrik Masyeta, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, kedua barang itu merupakan sebuah kemewahan. Hanya kalangan tertentu saja yang punya, misalkan anak kepala desa. Akhirnya, mereka terpaksa bertelanjang kaki tanpa alas apapun ketika pergi ke sekolah.

7e521ef7-527b-407e-b12a-93ac2b102ffd.jpg

 

Sehari-hari, mereka menggunakan seragam sekolah untuk belajar dan pergi ke kebun atau bermain. Akses pendidikan dan informasi masih sangat terbatas di sana karena sekolah mereka berada di atas pegunungan. Tidak seperti kita yang mudah sekali mengakses internet, anak-anak di Distrik Masyeta ini bak hidup di dalam dunia yang berbeda.

Pukul 7 pagi waktu setempat, murid-murid sudah berjajar di teras sekolah menunggu guru. Udara dingin dan basah embun hutan tropis pagi hari tidak menyurutkan semangat mereka untuk sekolah. Di bangunan kayu ini mereka belajar membaca, menulis, berhitung, menyanyi, bahkan belajar untuk berani bermimpi.

Dengan hanya 3 ruang kelas dan dua orang guru, mereka harus rela berbagi waktu. Kelas 1 sampai 3 masuk pagi dan kelas 4 sampai 6 masuk siang. Dari 46 murid yang terdaftar, seringnya hanya setengahnya saja yang berangkat ke sekolah. Karena anak-anak ikut orang tua ke hutan untuk cari kayu atau berkebun.

8e99b251-7c4d-402b-8851-f3652938f1fa.jpg

Kalau sudah siang, tidak jarang terdengar celotehan semacam “Bu guru, sekarang jam berapa? Saya sudah sangat lapar,”. Ternyata, anak-anak ini berangkat sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu, karena tidak ada makanan. Mama mereka baru akan pergi ke kebun ketika anak-anak berangkat sekolah.

“Dalila, ko kalau su besar mau jadi apa?” tanya salah seorang guru kepada salah satu murid. Dengan malu-malu dia menjawab “Jadi bu guru”. Cita-cita mereka tidak jauh-jauh dari tentara, polisi, guru, dan perawat. Semata-mata mereka ingin terus bersekolah agar terhindar dari jurang putus sekolah dan menggapai impiannya.

Dalam keterbatasan kondisi yang mereka hadapi, semangat belajar anak-anak SD Masyeta ini tak pernah padam. Sudah sepatutnya kita yang dianugerahi rezeki lebih, bisa berbagi dengan mereka.

Mari Sahabat, kita gerakkan jiwa kemanusiaan kita agar anak-anak SD Masyeta bisa menuntut ilmu dengan baik di sekolahnya, dengan cara Donasi Sekarang.



Belum ada update

Harapan #TemanPeduli
Fundraiser
Gabung
Kamu juga bisa bantu: